Hadapi Tantangan AI, Tips Desainer Grafis Bertahan dari Merry Wahono

Senin, 11 Agu 2025 14:08 WIB
Reporter :
Ali Masduki
Merry Wahono, seorang UX/UI Designer dan Product Designer yang berbasis di Surabaya. Foto: Ali Masduki/JatimNow.com

jatimnow.com - Kecerdasan buatan (AI) tengah menjadi sorotan, khususnya dampaknya terhadap industri kreatif seperti desain grafis. Banyak desainer khawatir akan kehilangan pekerjaan karena otomatisasi.

Namun, Merry Wahono, seorang UX/UI dan Product Designer berpengalaman menawarkan pandangan berbeda. Alumni Nanyang Academy of Fine Arts (NAFA) ini membagikan tips menghadapi tantangan AI dan tetap relevan di industri desain.

"Benar, banyak PHK di bidang saya tahun ini," kata Merry disela-sela menjadi pemateri Design Thinking Workshop, di SMA Petra Acitya Christian Junior High School, Jln. Taman Asri Selatan No. 101, Pondok Tjandra Indah, Waru Sidoarjo, Senin (11/8/2025).

Design thinking mengulas pentingnya memahami kebutuhan dan pengalaman pengguna dalam proses perancangan produk.

Workshop yang diikuti 30 pesarta ini bertujuan untuk membekali siswa dengan kemampuan berpikir kreatif, berkolaborasi dalam tim, dan menghasilkan solusi inovatif melalui tahapan yang terstruktur.

Terkait badai PHK akibat AI, desainer yang telah bekerja dengan berbagai perusahaan internasional, terutama dari Singapura itu mengakui bahwa dirinya juga pernah mengalami lay off.

"Tapi bukan berarti kiamat. Kuncinya adalah jangan terpaku dan terus belajar," tegasnya.

Merry melihat AI sebagai alat yang dapat meningkatkan efisiensi kerja. "Riset kompetitor yang dulu butuh sebulan, sekarang hanya seminggu berkat AI," ujarnya. AI juga mempercepat pengumpulan referensi dan riset.

Namun, Merry menegaskan bahwa AI bukan ancaman bagi desainer yang mau beradaptasi. AI hanya akan mematikan mereka yang menolak belajar.

"Industri teknologi selalu berubah. Setiap dua hingga empat tahun, muncul software baru. AI adalah software baru yang harus kita kuasai," ungkapnya.

Meskipun desainer grafis dan ilustrator paling terdampak, Merry tetap optimistis. Ia bilang, AI tidak ubahnya seperti kalkulator, atau alat bantu. Konsep dan eksekusi tetap dari manusia.

"Jangan takut. Ketakutan hanya akan membuat kita tertinggal," tuturnya.

\

Merry Wahono menjadi pemateri Design Thinking Workshop, di Petra Acitya Christian Junior High School, Senin (11/8/2025). Foto: Ali Masduki/JatimNow.com

Mengenai pentingnya pendidikan formal di bidang desain di era AI, Merry tetap meyakini pentingnya pendidikan formal.

"Untuk membuat poster saja, kita perlu memahami proses pembuatannya dari awal hingga akhir," ujarnya.

Sekolah, kata dia, memberikan banyak informasi dan koneksi yang mungkin tidak bisa didapat di tempat lain.

"Guru-guru berperan sebagai pahlawan tanpa tanda jasa yang memberikan ilmu dan koneksi berharga," ucapnya.

Merry memprediksi tren penggunaan AI akan terus berkembang dalam dua tahun ke depan. Di sisi lain, ia juga melihat munculnya persepsi berbeda terhadap karya AI di kalangan ilustrator.

"Mungkin akan ada stigma pada karya AI," katanya. Tapi, karya tradisional yang dibuat manusia tetap tak tergantikan.

Intinya, Merry melihat AI sebagai alat untuk meningkatkan efisiensi, bukan pengganti manusia. Untuk tetap kompetitif, desainer perlu beradaptasi, terus belajar, dan memanfaatkan pendidikan formal sebagai bekal.

 

Ikuti perkembangan berita terkini Jawa Timur dan sekitarya di Aplikasi jatimnow.com!
Berita Surabaya

Berita Terbaru
Tretan JatimNow

Terpopuler