jatimnow.com - Peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) mengembangkan tiga kawat superkonduktor untuk diaplikasikan pada keperluan kesehatan, kelistrikan dan otomotif.
Peneliti Pusat Penelitian Metalurgi dan Material LIPI Agung Imaduddin di Jakarta mengatakan, kawat superkonduktor mampu menekan suhu saat berada di suhu kritis sehingga bisa menjadi penghantar yang baik.
Superkonduktor, menurut dia, banyak digunakan di rumah sakit untuk alat kesehatan MRI (magnetic resonance imaging), kemudian digunakan untuk penghantar listrik. Superkonduktor juga banyak digunakan untuk kereta cepat di Jepang dan Cina.
Baca juga: Terminal Gapura Surya Nusantara jadi Pionir Modernisasi Pelabuhan Nasional
"Superkonduktor yang diikat ke kawat penghantar listrik dan disemprotkan cairan nitrogen maka suhunya akan turun hingga -200 derajat celcius sehingga mampu menghantar arus listrik lebih besar," katanya, Jumat (26/10/2018), sebagaimana dikutip dari Antara.
Pasar untuk superkonduktor juga besar, tercatat mencapai nilai Rp74 triliun pada 2013 di dunia.
Harganya awalnya memang mahal tapi sejak 2010 kebutuhan tipe "High Temperatur Superconductors" (HTS) ini semakin besar untuk kelistrikan, begitu juga untuk peralatan elektronik dan otomotif.
"Harganya akhirnya semakin turun dan jika sampai 10 dolar AS per kilo Ampere per meter (kA/m) maka diperkirakan akan semakin banyak dicari," ujar dia.
Baca juga: Pemprov Jatim Raih 2 Penghargaan Top Inovasi Pelayanan Publik di 2024
Saat ini harganya masih dikisaran 20 dolar AS per kilo ampere meter. Tapi harga juga sangat tergantung dengan materialnya.
"Karenanya kami berupaya mengembangkan superkonduktor secepatnya, sebelum perkiraan harga turun mencapai 10 dolar AS," lanjutnya.
Superkonduktor, dapat mengurangi kehilangan energi listrik. Sehingga dapat menghemat Rp8,5 miliar per kilometer per tahun dari kehilangan energi listrik dirangkaian kawat penghantar listrik berbahan tembaga yang digunakan saat ini.
"Dengan kawat tembaga maka memerlukan ruang berdiameter besar ketika dibenamkan di tanah, namun tidak untuk superkonduktor. Dengan hambatan nol, superkonduktor lebih efektif dan efisien dalam mengalirkan listrik," katanya.
Baca juga: Pelindo IDEA 2024, Dorong Inovasi untuk Efisiensi Operasional
Saat ini LIPI mengembangkan superkonduktor tipe Nb3Sn Niobium Tin (Nb3Sn) dan HTS yang diselubungi dengan perak. Selain itu, LIPI juga sedang mengembangkan tipe Magnesium diboride (MgB2) dengan tanah jarang.
Pemakaian superkonduktor ini, menurut dia, jadi alternatif mengurangi pemborosan penggunaan listrik dan BBM. Superkonduktor ini juga bisa diterapkan di pembangkit listrik, transmisi, distribusi, gardu (kapasitas) dan gardu (unit).