jatimnow.com - Erdha Trianto (20) pemuda asal Kelurahan Probusukan, Kecamatan/Kabupaten Ponorogo ini menjadi buah bibir. Pasalnya, Erdha bisa membuktikan anak kuli bangunan bisa menjadi anggota polisi. Bagaimana kisahnya?
Di rumah sederhana berukuran 6 x 6,5 meter di Jalan Sambirobyong No. 64 Kelurahan Purbosuman, Ponorogo, Erdha mengabiskan hidupnya. Namun, sebentar lagi, anak ketiga dari empat bersaudara itu harus siap ditugaskan di manapun.
Saat berkunjung, Erdha tidak menyangka dirinya berhasil menyelesaikan pendidikan dan pembentukan bintara (Diktubba) Polri pada awal bulan Maret 2018 ini.
Namun, bukan itu yang membuatnya bangga, tapi karena dia merupakan satu-satunya anak kuli bangunan di Ponorogo yang berhasil menjadi anggota polisi. ‘’Rasanya sangat senang dan bangga,’’ ungkap Erdha.
Pemuda kelahiran Ponorogo 14 Juni 1997 menjelaskan, sebelumnya banyak yang meragukan dia bakal bisa meraih cita-cita yang sudah diimpikannya sejak kecil itu. Terutama beberapa tetangga dekatnya.
"Saya cuma anak kuli bangunan. Tapi saya bercita-cita jadi polisi. bapak dan ibu pernah diejek tetangga. Katanya apa bisa jadi polisi kalau tanpa biaya,’’ kenangnya sambil mengelus dada.
Namun, tekadnya lebih besar daripada keraguan. Lulus dari SMK 2015 silam, ia mengatakan mendaftar Bintara Polri.
Ia ingin membalikkan persepsi orang-orang yang menganggapnya tidak mampu menjadi anggota polisi.
Dorongan untuk membahagiakan orang tua dan mengabdi kepada negara menambah semangatnya untuk masuk dalam korps bhayangkara itu. ‘’Awalnya memang tidak mudah, tidak langsung diterima,’’ jelasnya.
Ia mengenang, 2015 setelah lulus dari SMK Pemkab Ponorogo, dia langsung mendaftar di bintara Polri. Sayang, meski sudah didasari niat, tekad serta usaha sungguh-sungguh ternyata belum berhasil memasukkannya ke Diktubba Polri. Dia dinyatakan tidak lulus.
"Saya tak lemah. Saya harus bangkit dengan cita-cita setinggi langit. Sambil nunggu saya kerja di salah satu swalayan. Mulai penjaga toko, penjaga parkir juga badut," bebernya.
Ia menjalaninya selama 9 bulan. Karena dikesempatan kedua 2016, ia mencoba kembali. Tapi lagi-lagi harus gagal saat tes psikologi.
"Karena gagal saya harus nyari kerja lagi serabutan. Bahkan juga mencoba angkatan udara saat penerima tamtama. Tapi gagal lagi," bebernya.
Ia pun tak putus asa, karena ada pembukaan pendaftaran Bintara Polri kembali. Ia sempat pamit ke orang tuanya.
Sayang, bapak dan ibunya kala itu melarangnya. Dengan alasan khawatir jika cita-cita Erdha menjadi anggota polisi tidak kesampaian bisa stres.
Tapi, secara diam-diam Erdha nekat mendaftar lagi di Polda Jatim, Surabaya. Waktu itu dia sengaja tidak meninggalkan pekerjaannya di PT. Wings Surya karena kalau gagal bisa langsung kembali bekerja.
‘’Alhamdulillah untuk yang ketiga ini saya diterima mengikuti Diktubba bintara di SPN Polda Jatim,’’ ungkapnya gembira.
Ia mengatakan, ketiga kali mendaftar, ketiga kali nya itu beruntun. Dari 6.000 pendaftar se Jawa Timur hanya diambil 911 orang.
Namun, keberhasilan Erdha masuk SPN Polda Jatim itu belum membuat perasaan kedua orang tuanya lega. Pasalnya, mereka masih berfikir bagaimana nanti untuk biaya pendidikannya.
Sebab, penghasilan bapaknya hanya kecil dan ibu Erdha selama ini juga tidak bekerja. Tapi, kala itu Erdha meyakinkan bahwa selama mengikuti Diktubba dia tidak memerlukan bantuan biaya dari kedua orang tuanya.
"Sebelumnya kan saya kerja. Saya tabung untuk biaya makan dan transportasi sebelum pendidikan," jelasnya
Selama tujuh bulan Erdha mengikuti Diktubba Bintara. Sejak bulan Agustus 2017 hingga dinyatakan lulus dalam prosesi pelantikan tanggal 6 Maret 2018 lalu.
Sekarang, Erdha sudah resmi menjadi anggota Polri seperti yang dicita-citakan dulu dan hanya menunggu penempatan tugas saja. Keberhasilannya itu juga membuat lega kedua orang tuanya yang sebelumnya sempat pesimistis.
"Saya benar-benar bersyukur sekali, bisa membuktikan kepada orang tua bahwa jadi anggota polisi itu tidak butuh biaya banyak seperti yang beliau pikirkan,’’ paparnya.
Kini, Erdha tidak hanya berhasil menjadi anggota Polri. Tapi meluruskan persepsi di masyarakat, bahwa menjadi anggota Polri pun bisa nol rupiah alias tidak mengeluarkan biaya.
Kini setelah berhasil membuka persepsi negatif masyarakat soal biaya masuk polri, Erdha juga masih punya motivasi lain. Tidak sekedar ingin menjadi tauladan yang baik bagi keluarga dan masyarakat.
Tapi dia juga ingin menghapus stigma di masyarakat mengenai anggota polisi yang hanya mementingkan uang.
Tanpa ragu dia mengungkapkan ingin mewujudkan slogan Kapolri Jendral Pol. Tito Karnavian bahwa menjadi polisi itu harus BETAH. Yakni bersih, transparan, akuntabel dan humanis. ‘’Itu keinginan saya sekarang,’’ janjinya.
Reporter: Mita Kusuma
Editor: Erwin Yohanes