Pixel Code jatimnow.com

Opini

Hari Ayah Tidak Sepopuler Hari Ibu

Time Out Opini Kamis, 12 Nov 2020 12:42 WIB
Komisioner KPAI Bidang Hak Sipil dan Partisipasi Anak, Jasra Putra
Komisioner KPAI Bidang Hak Sipil dan Partisipasi Anak, Jasra Putra

jatimnow.com - Setiap 12 November, Indonesia merayakan Hari Ayah Nasional. Hari Ayah pertama kali di deklarasikan saat sebuah buku yang berjudul Kenangan Buat Ayah diluncurkan pada tahun 2014.

Peristiwa tersebut ditandai dengan penyerahan buku kepada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono serta bupati 4 penjuru Indonesia yaitu Sabang, Merauke, Talaud sampai Pulau Rote.

Kehadiran buku itu diawali justru saat perayaan Hari Ibu 22 Desember. Ketika anak anak menanyakan kapan peringatan ayah?

Sehingga muncul wacana Peringatan Hari Ayah Nasional. Sejak itulah ditetapkan Hari Ayah Nasional menjadi hari yang di peringati di Indonesia.

Mengulas balik sejarah, kita tersadar betapa peran ayah sangat didambakan dan dirindukan anak anak. Meski ayah sedari pagi berangkat mencari nafkah dan pulang ketika matahari sudah tenggelam. Anak anak tetap memperhatikan ayahnya.

Hari Ayah memang tidak sepopuler Hari Ibu, secara sederhana bisa kita jawab karena anak dilahirkan dari rahim seorang Ibu dan dalam perkembangan awal, anak sangat menggantungkan peran dari seorang ibu.

Untuk itulah Hari Ibu disambut antusias oleh anak anak. Rasa berterima kasih tak berkesudahan dirasakan anak anak untuk ibunya, sehingga sampai ada bahasa 'Kasih Sayang Ibu' sepanjang masa dan kasih sayang anak sepanjang galah. Sehingga anak anak lebih merasakan kehadiran sosok Ibunya. Sehingga perayaan Hari Ibu lebih mudah di gerakkan dan massif di selenggarakan.

Lalu bagaimana memaknai Hari Ayah?

Ayah adalah sosok figur keluarga yang di perankan pencari nafkah keluarga. Sehingga menjadi aib ketika seorang ayah di rumah saja. Berbagai stigma akan muncul dari lingkungan. Konstruk budaya menyebabkan ayah terpenjara dalam makna tersebut.

Di jamannya itu ayah benar-benar seseorang yang bekerja dari pagi sampai malam, sehingga lebih digambarkan tidak sempat mengurusi keluarga dan urusan domestik. Sehingga di luar hari kerjanya anak-anak sangat merindukan ayahnya.

Sehingga ayah ditempatkah jauh dari lembaga keluarga. Hal inilah yang menjadi latar belakang kuat saya mendeklarasikan Gerakan Ayah Hebat pada saat menjabat di Pimpinan Pusat Pemuda Muhammadiyah.

Bagi saya peran ayah sangat sentral dalam membangun pusat dukungan di keluarga, yang itu saya rasakan sendiri.

Mulai dari persiapan menjadi calon ayah, menjadi ayah buat keluarga dan masa depan anak anak (mulai dari perencanaan mempunyai anak dan pendidikan yang akan kita berikan, do and don't yang harus diterapkan sejak awal, masa kehamilan sampai perkembangan).

Karena bila hanya di perankan kepada seorang ibu tidaklah cukup. Tetapi menghilangkan peran keduanya juga tidak bisa.

Seorang anak pada kenyataannya membutuhkan figur Ayah dan Ibu dalam pertumbuhannya, meski mereka berpisah sekalipun.

Lain dengan orang tua ketika bercerai disebut duda dan janda, mereka kembali menjadi peran tunggal. Tapi untuk anak ketika berpisah dengan orang tuanya ‘tidak ada istilahnya’ bahkan tidak disebut bekas anak.

Artinya anak membawa itu seumur hidupnya. Disinilah butuh kesadaran tinggi orang tua mempertahankan keluarganya

Semenjak di KPAI, saya merasakan banyaknya problem keluarga yang di adukan ke KPAI, karena akibat pertarungan konstruk budaya tersebut, yang meminggirkan peran ayah yang sebenarnya mampu.

Di lain hal ayah sebenarnya tahu apa yang bisa dilakukan untuk menyelamatkan keluarga, namun terkendala justru bagaimana mengkomunikasikannya di dalam ruang keluarga itu sendiri.

Untuk itulah kami membuat panduan 10 Gerakan Ayah Hebat mulai ajakan ayah aktif mengantar anak ke sekolah, bercerita atau bedongeng untuk anaknya menjelang istirahat keluarga, mendukung istrinya dalam tumbuh kembang awal anak dan ASI eksklusif.

Memandikan, menyuapi dan mengendong anak, berkumpul bermain olahraga berkreasi bersama anak, mendampingi anak belajar dan beribadah, mendengarkan suara anak dan tidak mematahkannya, mendampingi anak dalam bergadget media social dan internet bahkan berteman di sosial media anak.

Mendampingi istri memeriksa kehamilan dan persalinan serta bersama istri memeriksa perkembangan anak di puskesmas atau tempat tempat layanan kesehatan dan berhenti merokok dan mengkonsumsi zat adiktif lainnya didepan anak anak.

Saat ini peran ayah di masa Pandemi Corona juga sangat dinanti keluarga, dalam rangka memutus penularan Covid-19. Karena saat ini kluster keluarga dan keramaian menjadi perhatian Gugus Tugas Covid 19.

Sesuatu yang tidak mudah untuk di sosialisasikan pemerintah sampai di setiap keluarga. Untuk itu momentum Hari Ayah Nasional ini adalah momentum berharga, untuk ayah membantu, menjadi pusat dukungan yang dibutuhkan keluarga dalam menjaga protokol kesehatan di rumah.

Hari Ayah Nasional saat ini benar benar dapat memajukan peran ayah. Yang semoga menjadi agenda massif di momen Hari Ayah kali ini. Karena bagaimanapun potret ayah di profil keluarga Indonesia memiliki latar belakang yang beragam.

Untuk itu peran ayah dalam menjadi figur perilaku hidup bersih dan sehat sangat penting, karena bagaimanapun ayah tidak terhindarkan menjadi salah satu anggota keluarga yang berpotensi membawa virus Covid-19.

Karena kewajiban mencari nafkah, yang akan menempatkan dirinya selalu di keramaian. Namun di sisi lain ayah punya tuntutan di keluarga selalu menyediakan masker buat istri dan anak mereka, menjaga protokol kesehatan sebelum masuk pintu rumah, mencuci tangannya selalu sebelum menginjakkan kaki di dalam rumah, dan esoknya akan keluar rumah kembali.

Untuk itu profesi rentan pencari nafkah ini perlu didukung lingkungan bekerjanya, ketika ayah menggunakan sarana transportasi, bekerja dan sampai kembali di rumah.

Untuk itu gerakan kepedulian hidup bersih dan sehat menjadi tema penting di perayaan Hari Ayah Nasional saat ini.

Kita berharap gerakan ini menjadi pemandu para ayah untuk tidak ragu menjadi ayah hebat di tengah keluarganya.

Selamat Hari Ayah Nasional, cintai istri, cintai anak, cintai keluarga. Karena merekalah jawaban kebahagiaan para Ayah Hebat Indonesia.

 

Jasra Putra

Komisioner KPAI
Bidang Hak Sipil dan Partisipasi Anak
Kadivwasmonev KPAI

 

*jatimnow.com tidak bertanggung jawab atas isi opini. Opini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis yang seperti diatur dalam UU ITE