Pixel Code jatimnow.com

Kisah Supriadi, Anak Penjual Es Teh Jadi Pemain Timnas U-16

Peristiwa Rabu, 01 Agu 2018 19:58 WIB
Mochammad Supriadi (16) saat berlaga bersama Tim Nasional Indonesia
Mochammad Supriadi (16) saat berlaga bersama Tim Nasional Indonesia

jatimnow.com - Gemuruh tepuk tangan para pendukung timnas Indonesia terdengar menggema saat pertandingan baru berjalan selama 2 menit. Salah satu gelandang timnas Indonesia U-16 berhasil mengoyak gawang Filipina saat peluit kick off Piala AFF baru terdengar, Minggu (29/7).

Mochammad Supriadi (16), dengan nomor punggung 11 bermain apik saat laga perdana timnas Indonesia U-16 di Piala AFF.

Tapi, siapa sangka dibalik kegagahan di lapangan, Supri hanyalah anak kampung yang bisa dibilang kurang mampu.

Supri (sapaan akrab Mochammad Supriadi) berasal dari keluarga kurang mampu yang hidup serba seadanya. Ia hanyalah anak penjual es teh di pinggir lapangan tempatnya biasa berlatih bersama klub bola kesayangannya, Rungkut FC.

Ibu Supri, Kalsum (57) bercerita bagaimana pertama kali anaknya mencintai bola. Sembari membantu Kalsum berjualan di pinggir lapangan bola di daerah Rungkut, Supri mengamati para pemain bola yang sedang berlatih di lapangan.

Sembari mengangkat termos es ke pingggir lapangan Supri melihat orang bermain bola. Melihat ketertarikan Supri kepada sepak bola, pelatih Rungkut FC menawarinya untuk bergabung. Kala itu Supri masih belum duduk di bangku TK.

"Walah anaknya siapa itu main bola gak pakai baju. Tapi mainnya enak buk, ujar Kalsum saat menirukan Pak Ron (Pelatih Rungkut FC)," Rabu (1/8/2018).

Akhirnya Supri pun berlatih dengan klub Rungkut FC hingga menyabet banyak gelar juara di turnamen-turnamen sepak bola. Perjalanan Supri berakhir ketika ia menjadi pemain pinjaman Tulungagung untuk berlaga di piala Menpora. Kala itu Supri masih duduk di bangku kelas dua di SMPN 23 Surabaya.

Permainan gesit Supri rupanya menarik hati seorang pencari bakat sepak bola bernama Gatot. Kalsum bercerita kala itu Gatot menemui dirinya dan meminta Supri bergabung ke klub sepak bola besutan Gatot, Blue Eagle.

"Saya bingung, karena tiap pemain diminta membayar Rp 1,8 juta, sempat mengurungkan niat untuk merelakan Supri berangkat ke Jakarta mengadu nasib melalui Blue Eagle. Karena mainnya enak, Supri dijanjikan Pak Gatot kalau semua biaya hidupnya nanti ditanggung," jelas Kalsum dengan bahasa Jawa halus.

Masa depan di Jakarta yang selama ini diimpi-impikan oleh Supri rupanya tidak kesampaian. Alih-alih hidup enak, Supri malah ditelantarkan oleh Gatot dan istrinya. Kalsum bercerita bahwa tiba-tiba pasutri tersebut kabur membawa uang para pemain tanpa bertanggung jawab.

"Waktu di Jakarta ternyata Supri di dititipkan saudaranya Pak Gatot. Dia sama istrinya malah nggak ada," tambah Kalsum.

Akhirnya Supri pun hidup serba seadanya. Bahkan, ia kerap menjual baju dan sepatunya sendiri demi biaya makan sehari-hari.

"Di sini Supri jualan kaos sama sepatu buat beli makan. Kan saya jarang ngirimi," ujar Kalsum dengan mata yang mulai basah.

Dengan tergagap, Kalsum melanjutkan kisah nelangsa Supri selama setahun berada dalam naungan Blue Eagle. Meskipun tak terurus, namun Supri tetap giat berlatih sepak bola bersama rekan setimnya.

"Saya pernah telpon, nak kok kamu gak latihan? Terus katanya latihannya di embong (jalan aspal). Nangis saya, takut nanti kalau dia ketabrak motor gimana," tutur Kalsum dengan air mata yang mulai mengalir.

Mendengar cerita anaknya yang hidup susah di Jakarta, akhirnya Kalsum menyusul ke tempat tinggal Supri. Kala itu Supri sedang sakit dan tidak ada yang mengurus.

"Walah, nak. Uripmu kok cek soroe nang kene. (Waduh, nak. Hidupmu kok susah sekali di sini)," ujar Kalsum yang tak kuat lagi menahan bendungan air mata.

Kalsum menjelaskan bahwa Supri bukan tipe pengeluh. Ia tidak pernah berkeluh kesah tentang kehidupannya. Bahkan ketika ia cedera saat bertanding pun Kalsum tidak tahu. Hingga pada suatu hari, Supri rupanya sudah tidak tahan hidup ditelantarkan.

"Akhirnya dia telpon salah satu kenalannya yang pernah pinjam dia. Lalu diajak gabung sama Bina Taruna," tutur Kalsum sambil menyeka matanya dengan kerudung merah yang ia kenakan.

Kehidupan Supri pun berangsur membaik di Bina Taruna. Segala kebutuhannya tercukupi oleh manajemen Bina Taruna. Hingga suatu hari ada seleksi timnas dan Supri mencoba peruntunganya.

"Alhamdulillah lolos. Lari 3500 meter sama tes fisik semuanya lolos," ungkap Kalsum dengan bangga.

Akhirnya kini Supri telah meraih impiannya. Menjadi Garuda Muda untuk membela Indonesia. Kalsum mengungkapkan rasa syukur dan bangganya terhadap anak bungsu kesayangannya ini.

"Saya terharu. Bangga. Punya anak gini. Orang tua ya sekolah cuma 2 tahun tok. Alhamdulillah," ungkap Kalsum.

Reporter: Arry Saputra
Editor: Arif Ardianto