Pixel Code jatimnow.com

Keterlibatan Pramuka dalam Pentahelix Penanganan Bencana

Opini Rabu, 31 Jul 2024 11:31 WIB
I Gede Alfian Septamiarsa, S.Sos, M.I.Kom
I Gede Alfian Septamiarsa, S.Sos, M.I.Kom

jatimnow.com - Indonesia merupakan daerah yang rawan bencana termasuk memiliki kerawanan gempa yang tinggi. Negara ini berada di pertemuan zona tumbukan tiga lempeng tektonik utama dunia antara lain Eurasia, Hindia-Australia (Indo-Australia), dan Pasifik.

Pergerakan yang terus-menerus dari lempeng-lempeng tersebut, baik mendekat maupun menjauh satu sama lain, menjadi penyebab utama tingginya kerawanan gempa.

Selain itu, secara geografis, Indonesia terletak di Cincin Api Pasifik, pertemuan lempeng tektonik yang aktif. Cincin Api Pasifik adalah area berbentuk tapal kuda yang mengelilingi Samudra Pasifik.

Di area ini, terdapat banyak gunung berapi yang aktif dan patahan lempeng tektonik yang menjadi sumber gempa bumi dan tsunami.

Indonesia juga memiliki topografi yang beragam didominasi landscape pegunungan dan perbukitan curam. Kondisi ini membuat rentan terhadap bencana tanah longsor dan banjir bandang.

Pegunungan dan perbukitan curam memiliki kemiringan yang tinggi, sehingga air hujan mudah mengalir deras dan membawa material tanah.

Hal ini dapat menyebabkan tanah longsor dan banjir bandang, terutama di daerah yang memiliki vegetasi yang minim.

Berdasarkan data dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), terdapat sebanyak 788 bencana melanda Indonesia. Dari jumlah itu, tanah longsor dan banjir masih mendominasi. Masing-masing sebanyak 254 kejadian tanah longsor dan 252 kejadian banjir.

Sementara dari laporan Riset World Risk Report (WRR) di tahun 2023 menempatkan Indonesia sebagai negara dengan risiko bencana alam tertinggi kedua sedunia. Indonesia tercatat memiliki world risk index (WRI) sebesar 43,5 dari 100. Sementara Filipina menempati negara dengan risiko bencana alam tertinggi pertama di angka 46,86.

Melihat kondisi tersebut, dibutuhkan sinergi dari berbagai pihak seperti melibatkan unsur-unsur pentahelix di dalamnya penanggulangan bencana.

Kegiatan sosialisasi dan edukasi mitigasi harus digalakkan sehingga masyarakat benar-benar memiliki kapasitas menguasai cara selamat saat terjadi gempa dan tsunami. Sebagaimana diketahui pentahelix itu terdapat pemerintah, akademisi, bisnis, komunitas, dan media.

Partisipasi penanggulangan bencana berbasis masyarakat menjadi hal yang penting. Terutama melibatkan peran kolaborasi pentahelix dalam kesiapsiagaan penanggulangan bencana.

Pengurangan risiko bencana harus melibatkan kolaborasi unsur pentahelix. Pemerintah didukung oleh BNPB di tingkat pusat maupun Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), komunitas relawan masyarakat, hingga Pramuka.

Keterlibatan Pramuka di Indonesia dalam menangani bencana sangat luar biasa. Apalagi jumlah Pramuka di Indonesia berdasarkan catatan Badan Pusat Statistik (BPS) mencapai 25 juta orang. Dengan jumlah tersebut membuat Indonesia menempati Pramuka terbanyak di dunia.

Gerakan Pramuka Jatim bersama pemerintah ikut serta dalam penanganan bencana alam yang telah terjadi di Kabupaten Lumajang pada 4 Desember 2021 lalu, utamanya membantu meringankan para penyintas erupsi Gunung Semeru dengan membantu pembangunan hunian sementara.

Dalam pembangunan tersebut melibatkan Kwartir Daerah Jawa Timur, bersama Kwartir Cabang Lumajang dan Kwarcab Se-Jawa Timur, dengan harapan yang dilakukan oleh Gerakan Pramuka dapat bermanfaat bagi masyarakat yang terdampak erupsi Gunung Semeru.

Selain itu, Pramuka aktif mengirimkan bantuan untuk bencana alam gempa bumi di Malang maupun erupsi Gunung Semeru, serta penanaman pohon untuk lingkungan berkesinambungan.

Untuk memperkuat peran Pramuka dalam penanganan bencana, telah dilakukan penandatanganan MoU dan Perjanjian Kerja Sama antara BPBD Jatim dengan Kwarda Gerakan Pramuka Jatim. Hal ini sebagai tindak lanjut penandatanganan MoU antara BNPB dengan Kwarnas Gerakan Pramuka.

Pramuka sebagai agen perubahan diharapkan akan mampu mendukung kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana. Inilah gerakan yang siap menjadi pelopor terhadap pencegahan bencana yang terjadi. Kader yang turut menjaga mata rantai kehidupan.


Penulis: I Gede Alfian Septamiarsa, S.Sos, M.I.Kom (Pranata Humas Ahli Muda Biro Administrasi Pimpinan Sekretariat Daerah Provinsi Jawa Timur)

Tags :
opini