Pixel Code jatimnow.com

TKI Tewas di Kamboja, DPRD Jatim Desak Penguatan Perda dan Koperasi

Peristiwa 4 jam yang lalu
Ketua Komisi E DPRD Jawa Timur dari Fraksi PDI Perjuangan, Dr Sri Untari Bisowarno. (Foto: dok. jatimnow.com)
Ketua Komisi E DPRD Jawa Timur dari Fraksi PDI Perjuangan, Dr Sri Untari Bisowarno. (Foto: dok. jatimnow.com)

jatimnow.com - Tragedi yang menimpa dua pekerja migran Indonesia (PMI) di Kamboja memantik perhatian Fraksi PDI Perjuangan DPRD Jatim. Satu dari dua tenaga kerja Indonesia (TKI) itu adalah warga Banyuwangi Jawa Timur bernama Rizal Sampoerna ditemukan tewas mengenaskan di Kamboja.

Ketua Komisi E DPRD Jawa Timur dari Fraksi PDI Perjuangan, Dr Sri Untari Bisowarno menilai hal tersebut menyadarkan publik bahwa perlindungan terhadap PMI masih menyimpan banyak celah. Kedua korban diduga kuat menjadi bagian dari jaringan Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO) dengan modus lowongan kerja palsu yang berujung pada eksploitasi.

Di balik tragedi itu, Sri Untari menyoroti akar persoalan yang lebih dalam dan struktural, yakni lemahnya perlindungan ekonomi PMI yang membuat mereka rentan. Serta tidak adanya sistem pengelolaan aset yang menjamin keberlangsungan hidup mereka dan keluarganya.

Solusi jangka panjang tidak cukup hanya dengan penegakan hukum atau diplomasi luar negeri. Ia mendorong koperasi untuk mengambil peran sentral sebagai instrumen perlindungan dan penguatan ekonomi PMI.

“Koperasi harus menjadi rumah perlindungan ekonomi bagi para pekerja migran. Kita tidak bisa membiarkan PMI bertaruh nyawa demi mencari nafkah, lalu tidak ada yang menjaga aset mereka, tidak ada yang mendampingi keluarga mereka, dan ketika mereka pulang pun tidak ada pegangan,” ungkap Sri Untari, Selasa (6/5/2025).

Sri Untari menegaskan bahwa koperasi sejatinya tidak hanya menjadi tempat simpan pinjam atau usaha dagang semata. Lebih dari itu, koperasi dapat berperan aktif sebagai sistem pendukung ekonomi bagi para pekerja migran, sejak sebelum berangkat, selama bekerja di luar negeri, hingga kembali ke tanah air.

“Ketika PMI ingin bekerja ke luar negeri, mereka bisa menitipkan sebagian pendapatan atau tabungan di koperasi. Uang itu dikelola secara transparan dan aman. Bahkan bisa dijadikan modal usaha ketika mereka pulang. Di saat yang sama, koperasi juga bisa mendampingi keluarga yang ditinggalkan agar tidak jatuh ke dalam jerat rentenir,” terangnya.

Untari mencontohkan koperasi Citra Kartini di Jawa Timur yang selama ini menjadi wadah pendampingan dan penguatan ekonomi perempuan. Menurutnya, pola serupa bisa dikembangkan untuk menjangkau PMI, khususnya dari wilayah Jawa Timur yang selama ini dikenal sebagai kantong besar pengirim tenaga kerja migran ke luar negeri.

“Ini bukan hanya kasus kriminal. Ini adalah cermin dari lemahnya sistem perlindungan kita. Ketika tidak ada pekerjaan di desa, ketika industri dalam negeri tidak bisa menyerap, masyarakat mencari jalan pintas. Dan ketika jalan pintas itu salah, risikonya nyawa. Itu menyedihkan,” ucapnya.

Penasihat Fraksi PDI Perjuangan DPRD Jawa Timur itu, menambahkan bahwa Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 2 Tahun 2022 tentang Pelaksanaan Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (PMI) Jawa Timur sudah tersedia.

Namun implementasinya masih lemah. Karena itu, ia mendesak pemerintah provinsi untuk mengintegrasikan pendekatan ekonomi berbasis koperasi dalam kebijakan perlindungan pekerja migran.

“Perda itu bagus di atas kertas. Tapi di lapangan, kita belum punya ekosistem yang menjaga PMI dari hulu ke hilir. Jangan hanya berpikir soal pengawasan sebelum berangkat, tapi juga siapa yang menjaga mereka secara ekonomi ketika mereka sudah di luar negeri. Di situlah koperasi harus hadir,” tegasnya.

Sebelumnya, Ketua DPR RI Puan Maharani sebelumnya juga menyentil kinerja pemerintah dalam melindungi PMI. Ia meminta agar Indonesia lebih aktif memanfaatkan forum-forum internasional seperti ASEAN Task Force on Migrant Workers (TFAMW) guna memperkuat perlindungan terhadap hak-hak pekerja migran.

Karenanya, Sri Untari pun menyambut baik seruan Puan tersebut. Menurutnya, kerja sama internasional penting, tetapi lebih penting lagi membangun ketahanan ekonomi di tingkat akar rumput.

“Kalau ekonomi keluarga PMI kuat, kalau mereka punya koperasi yang jaga uang dan keluarga mereka, maka tidak akan mudah ditipu. Jadi kita harus mulai dari bawah, dari desa, dari koperasi,” tegasnya.