Pixel Code jatimnow.com

Seniman Muda Surabaya Kemas Tradisi Mamaca Madura dengan Sentuhan Gen Z

Time Out 7 jam yang lalu
Penampilan Mamaca Madura ala Rara, seniman muda asal Surabaya. (Dok. Rara for jatimnow.com)
Penampilan Mamaca Madura ala Rara, seniman muda asal Surabaya. (Dok. Rara for jatimnow.com)

jatimnow.com – Seniman muda asal Surabaya, Shafira Onky Parasmita berhasil menghidupkan kembali tradisi Mamaca Madura yang kian tergerus zaman. Lewat kreativitas dan inovasinya, perempuan yang akrab disapa Rara ini menyulap Mamaca menjadi pertunjukan modern yang dekat dengan selera Gen Z.

Rara menjelaskan, Mamaca adalah tradisi membaca teks-teks lama dengan cara ditembangkan, lalu diikuti dengan penjelasan makna (panegghes). Teks yang dibawakan biasanya memuat ajaran moral, etika, hingga nilai-nilai budaya. Pada masa lampau, Mamaca berfungsi sebagai media dakwah sekaligus pendidikan.

“Tradisi Mamaca dikenal dengan dinamika vokal, dialek Madura yang khas, serta ornamen vokal yang unik,” tutur Rara, Rabu (10/9/2025).

Namun, popularitas Mamaca tak sekuat tradisi Madura lainnya. Dari keresahan itu, Rara mencoba meracik ulang agar Mamaca bisa diterima generasi muda tanpa kehilangan roh aslinya. Ia kemudian menciptakan karya berjudul Unen, dengan berpijak pada konsep kebebasan mencipta musik dari Pande Made Sukerta, serta gagasan Kepenak Ora Kepenak dari Epistemologi Penciptaan Seni Bambang Sunarto.

“Karena sajian Mamaca original sangat sederhana namun menyentuh dan sakral. Sehingga menurut saya banyak yang tidak bisa memahami makna yang disampaikan. Apalagi, kemasan Mamaca yang original ini kurang menarik hati Gen Z,” imbuhnya.

Rara lantas meramu tradisi Mamaca agar menarik dan bisa dinikmati oleh Gen Z tanpa meninggalkan roh dan identitas yang original. Ia mengemas dengan sebuah pertunjukan yang dibagi menjadi tiga segmen.

Pertama, Rara menghadirkan narasi Mamaca berbahasa Madura yang diterjemahkan menjadi bahasa Indonesia dan Inggris. Narasi disampaikan dengan humor dan diiringi oleh musik digital dan alunan vokal pop.

Kedua, Rara membuat penonton terlibat ke dalam pertunjukan dengan cara saling berinteraksi. Ia juga menyelipkan berbagai teknik vokal tradisi dari Jawa Timur. Seperti vokal loak-laok dan ura-ura sampai senggak gaya Gresik. Hal ini merupakan pancingan agar penonton larut dalam pertunjukan dan akhirnya terlibat tanpa paksaan.

Ketiga, Rara memadukan konsep musik digital, nyanyian narasi, dalang yang menjadi penerjemah (panegghes) yang bersahutan, hingga senggak interaktif dari audiens. Bagian ketiga sengaja dibuat Rara sebagai simbol hubungan dunia digital modern dengan tradisi lisan yang sudah diwariskan turun temurun.

“Harapan saya masyarakat bisa menerima perubahan dari tangan kreatif anak muda tanpa meninggalkan esensi kesenian Mamaca original. Mau seliar apapun dalam menghasilkan karya, namun tetap harus berpijak pada akar tradisi,” jelasnya.

Pertunjukan tradisi Mamaca modern hasil kreativitas Rara sudah ditunjukan di kalangan Gen Z pada 31 Agustus 2025 lalu di Kedai Semoga Sukses Jalan Raya Tenggilis 64. Lokasi tersebut dipilih Rara lantaran terkenal sebagai tempat nongkrong dan berkumpulnya GenZ di Surabaya. Dalam pertunjukan tersebut, Rara juga melibatkan homeband kedai Semoga Sukses, Konspirasi Feel Orkes yang reguler tampil setiap hari Jumat. Selain itu, ada 8 vokal dan 2 seniman Mamaca Original yang terlibat.

Pertunjukan Mamaca modern hasil ramuan Rara pun diterima oleh mayoritas pengunjung kedai. Sekaligus, mengantarkannya meraih gelar Magister Kesenian dari Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta.

Kini, ia berkomitmen membuat terobosan baru dengan meramu tradisi-tradisi yang sudah ditinggalkan menjadi hal baru yang bisa dinikmati Gen Z.

“Kedepan saya akan terus meramu tradisi yang mulai ditinggalkan dengan hal-hal baru yang digemari generasi sekarang. Agar tradisi asli tidak punah dan bisa dinikmati oleh generasi selanjutnya,” pungkasnya.