jatimnow.com - Fakultas Sastra Jepang Unitomo menggelar acara tahunan Bunkasai (Festival Budaya Jepang) Minggu, (25/3/2018). Acara ini merupakan kali ke-24 dan juga dihadiri sekaligus diresmikan oleh Konjen Jepang Keigo.
Tahun ini, Bunkasai mengusung tema 'Origami No Matsuri' yang berarti Festival Origami. Dalam acara ini, juga mengundang siswa SMA dan SMK se-Jawa Timur yang memiliki minat pada bahasa dan budaya Jepang.
Selain itu, dimeriahkan pula oleh beberapa komunitas umum penggiat budaya Jepang di Surabaya maupun Luar Surabaya.
Baca juga: Laskar Kamil Gelar Deklarasi Pemenangan Khofifah - Emil di Pasuruan
Disamping itu, workshop origami (seni melipat kertas ala Jepang) dan berbagai lomba digelar dalam acara ini.
"Jadi, di Bunkasai kali ini ada beberapa lomba seperti Kakikikitori (Mendengar dan menulis), Cerdas Cermat, Kamishibai (Bercerita dengan gambar), Olimpiade Kanji (Huruf Jepang), dan Shodou (Menulis kaligrafi Jepang) dan masih banyak lagi," kata Edina Humas acara tersebut.
Edina menjelaskan bahwa tujuan acara ini untuk memperkenalkan budaya masyarakat tentang origami (seni melipat kertas ala jepang). Dan di dalam acara ini, juga ada beberapa lomba dan workshop mengenai budaya Jepang.
Bahkan, ada pula pertunjunkan kesenian tradisional bernama Chanoyu yang merupakan suatu kesenian tradisional jepang yang syarat dengan filosofi.
Baca juga: Reses Pertama Ning Ais di Surabaya, Disambati Biaya Pendidikan SMA Mahal
Melalui kesenian ini, bisa mempelajari etika dan estetika Jepang, termasuk budaya, dan pemikiran jepang yang lain, seperti diketahui masyarakat Jepang terkenal dengan sangat santun dan hormatnya.
"Dengan belajar Chanoyu kita belajar mempelajari gaya hormat Jepang, kita menyelenggarakan Chanoyu dengan alat-alat yang mengandung estetika Jepang seperti cawan ada lukisannya, dan ketika melakukan Chanoyu ada rangkaian bunga khas Chanoyu yang sederhana melambangkan kesederhanaan keharmonisan antara manusia dan karena tidak bisa dilaksanakan oleh satu orang saja," ujar Cicilia Tantri, Dekan Fakultas Sastra Unitomo.
Tantri menambahkan bahwa Chanoyu melambangkan keharmonisan antara manusia dengan alam, menjaga alat-alat teh seperti menjaga alam. “Chanoyu juga menjaga harmoni antara pencipta dengan tenang untuk bisa berdialog dengan pencipta,” pungkasnya.
Baca juga: Janji Manis Risma Naikkan Anggaran Pendidikan Jatim jadi 35 Persen, Mungkinkah?
Reporter: Arry Saputra
Editor: Arif Ardianto