jatimnow.com - Entah apa yang ada dalam pikiran Farel, sapaan akrab Muhammad Farel Bagaskara, bocah penderita tumor ganas di mata.
Meski merasa sakit pada kedua matanya, bocah kelas 4 SD ini kerap menolak mendapatkan perawatan di rumah sakit.
Ia bahkan marah bila keinginannya untuk pulang ke rumah usai berobat tidak dituruti kedua orang tuanya. Bila sudah demikian, Supriyadi dan Ratih Handawiyah tak kuasa untuk menolaknya.
Sebab, jika ditolak, kemarahan bocah berumur 11 tahun ini, akan berdampak pada kondisi kedua matanya.
Baca juga: 5 Fakta Bocah 7 Tahun di Banyuwangi Ditemukan Tewas, Diduga Diperkosa
Jika sedang marah, kedua matanya akan semakin membengkak. Tentu saja hal itu semakin membuat kedua orangtuanya makin tak tega. Namun, keinginan agar sang anak sembuh tetap menguat.
Meski dalam keadaan serba pas-pasan, Supriyadi dan Ratih tetap berusaha yang terbaik untuk kesehatan sang anak. Mau tidak mau diakui, tidak sedikit biaya yang harus dirogoh kedua orang tua Farel.
Hanya mengandalkan penghasilan dari supir truk, tentu tak memadai untuk mengobati putra keduanya tersebut. Apalagi, penyakit yang diderita Farel, tergolong cukup banyak membutuhkan pengobatan, dengan biaya yang tidak sedikit tentunya.
Baca juga: Bocah Penderita Tumor Mata ini Makin Tersiksa Bila Terpapar Cahaya
Apalagi sesuai dengan diagnosa dr Joko Sp M, Spesialis mata dari RSUD Blambangan, Farel divonis menderita tumor retrobulbar. Penyakit yang tergolong ganas yang menyerang area mata Farel.
"Gaji saya cuma Rp 2 juta sampai Rp 2,5 juta sebulan. Istri tidak bekerja, hanya ibu rumah tangga. Kalau biaya Farel sampai saat ini sudah habis Rp 5 jutaan lebih kira-kira," kata Supriyadi.
Besarnya biaya yang dibutuhkan untuk pengobatan Farel, tentu menjadi belitan ekonomi keluarganya. Namun, mau tidak mau, dirinya akan tetap berjuang demi kesembuhan sang anak.
Selain dari penghasilannya sebagai sopir, diakuinya, biaya pengobatan Farel juga berasal dari uluran tangan saudara kandung, tetangga, dan masyarakat, baik berupa uang maupun bantuan lainnya seperti makanan.
Baca juga: ASMOPSS ke-14 Digelar di Banyuwangi, Diikuti 136 Peserta
Kondisi rumah Farel
Meski hidup dalam serba keterbatasan, Supriyadi mengaku tidak patah semangat. Selain mengobati Farel secara medis, semua keluarganya tetap memberikan dukungan. Bahkan, ketika ia harus hidup dalam rumah yang sangat sederhana dan kamar yang terbatas.
"Kamar ada 2, yang satu untuk anak-anak kumpul berdua dan yang paling kecil biasa tidur dengan kami," ujarnya.
Namun, semenjak tumor Farel semakin membesar, lanjut Supri, kakak kandungnya, Ngatmini atau suami dari Efendi menawarkan rumahnya sebagai tempat untuk merawat Farel.
"Jadi disini (rumah Ngatmini) Farel disediakan kamar sendiri, jendela dan fentilasi udaranya ditutup semua. Mau gimana lagi Farel-nya gak mau dirawat rumah sakit," sebut Supri.
Untuk BPJS Kesehatan, tambah Efendi (paman Farel), masih dalam proses aktivasi dan dibantu oleh pihak Desa Sempu.
"Informasinya tanggal 25 April ini sudah aktif dan bisa digunakan. Jadi khusus untuk Farel BPJS-nya bisa aktif duluan dari satu KK yang didaftarkan," imbuh Efendi.
Setiap harinya, Farel dikenal sebagai anak yang periang dan memiliki banyak teman seusianya. Bahkan, waktu teman-teman sekolahnya berkunjung ke rumah Jalan Raya Kalisetail Rt/Rw 04/01, Dusun Krajan, Desa/Kecamatan Sempu, Banyuwangi itu, banyak yang sedih.
Baca juga: Bazar Kuliner Kampoeng Cungking Banyuwangi Angkat Hidangan Tradisional
"Saat di dalam kamar Farel senang ada yang menghibur, tapi masuknya gantian dua-dua. Setelah keluar dari mereka banyak yang menangis karena sedih melihat kondisi Farel," kata Efendi bercerita.
"Yang pasti Farel butuh dukungan, ada yang memotivasi untuk sembuh. Dan apapun yang diminta oleh dia kita penuhi semua," paparnya.
Reporter: Hafiluddin Ahmad
Editor: Erwin Yohanes