jatimnow.com - Aroma dupa begitu menyengat saat memasuki gapura sebuah petilasan di tengah persawahan empat desa di Ponorogo. Tempat yang dikeramatkan oleh warga setempat itu bernama Petilasan Eyang Ismoyo Klampis Ireng.
Empat desa yang mengitari petilasan itu adalah Desa Gandukepuh dan Desa Sragi, Kecamatan Sukorejo serta Desa Paju dan Desa Brotonegaran, Kecamatan Ponorogo Kota.
Kepercayaan yang berkembang di masyarakat setempat, Petilasan Eyang Ismoyo Klampis Ireng ini merupakan jujukan banyak orang yang memiliki masalah hingga pengharapan. Meski kental dengan aroma magis, petilasan ini ternyata menarik untuk disinggahi.
Baca juga: Ini Cerita Mistis Petilasan Selo Gilang di Kediri
Petilasan ini dikelilingi pohon rindang dengan suasana asri nan sejuk. Di bagian gerbang depan terdapat dua patung semar bercat hitam yang siap menyambut kedatangan pengunjung. Saat masuk ke dalam, pengunjung bisa menjumpai jalan selebar satu meter dengan panjang 15 meter menuju petilasan.
Di tengah-tengah petilasan, terdapat gazebo berbentuk lingkaran serta sebuah tabung yang diyakini sebagai bekas tempat tumbuhnya pohon klampis.
Baca juga: Misteri Penampakan Kakek Tua di Petilasan Syekh Subakir Banjardowo Jombang
"Kalau yang tengah itu pohon klampis ireng. Pohonnya besar sampai menjulang tinggi," kata sesepuh lokasi setempat, Syamsi (84), Senin (8/9/2019).
Syamsi menambahkan, pengunjung yang datang ke petilasan ini, tidak hanya dari Kota Reog. Mereka berasal dari luar kota Ponorogo bahkan luar Pulau Jawa. Rata-rata, mereka datang untuk bertapa.
"Berbagai masalah, ada yang punya hutang dan lain-lain. Mereka biasanya bertapa berhari-hari, tapi kami tidak tahu apa ritualnya," ungkap Syamsi.
Baca juga: Mustika Kembang Kantil di Petilasan Panji Asmorobangun Jombang
Selain itu, sejumlah pejabat juga banyak yang datang ke Petilasan Eyang Ismoyo Klampis Ireng, dengan maksud agar bisa naik jabatan maupun pangkat.
Menurut Syamsi, pembangunan pagar dan paving jalan di Petilasan Eyang Ismoyo Klampis Ireng itu dibangun di era Bupati Ponorogo Ipong Muchlissoni.
Sementara itu, Praktisi Kebudayaan Ki Purbo Sasongko menambahkan, Patung Semar yang diletakkan di depan petilasan, merupakan simbol keberadaan Kiai Semar di lokasi tersebut.