jatimnow.com - Zaman dahulu, Pelabuhan Gresik merupakan pelabuhan terbesar dan terbaik di Pulau Jawa. Tak heran jika Gresik menjadi tujuan kapal-kapal dagang dari berbagai penjuru nusantara hingga luar negeri seperti China, Arab dan Eropa.
Tome Pires, seorang penulis dan bendahara asal Portugis menuliskan kejayaan Pelabuhan Gresik dalam bukunya yang berjudul Suma Oriental (halaman 267-268). Dalam buku tersebut, ia banyak menceritakan pengalamannya saat menjelajahi nusantara pada abad ke-16.
"Gresik dulu adalah kota perdagangan terbesar di Jawa," ucap Oemar Zaenuddin, pemerhati sejarah Gresik, Kamis (12/12/2019).
Baca juga: Identitas Mayat Pria yang Ditemukan di Perairan Pelabuhan Gresik, Terungkap
Pak Nud-sapaan akrab Oemar Zaenuddin melanjutkan, Gresik memiliki dua sungai besar yaitu Brantas dan Bengawan Solo. Brantas menjadi jalur distribusi barang menuju Mojokerto dan sekitarnya yang pernah menjadi pusat Kerajaan Majapahit.
"Sementara Bengawan Solo menjadi jalur utama distribusi barang dari Gresik menuju Solo dan sekitarnya yang dulunya merupakan pusat kerajaan Mataram," jelas Pak Nud.
Baca juga: Mayat Pria Misterius Ditemukan di Perairan Pelabuhan Gresik
Tingginya aktivitas perdagangan di Gresik membuat kawasan-kawasan di sekitar pelabuhan menjadi kawasan strategis untuk membuka usaha. Hal itu bisa dilihat dari lokasi Pasar Gresik yang hanya berjarak 650 meter dari pelabuhan.
Setiap orang yang sering ke Pelabuhan Gresik, pasti tidak asing dan mengenal Jalan Nyai Ageng Arem Arem, yang merupakan jalan penghubung antara Jalan KH. Kholil dan Jalan H. Samanhudi. Sebab jalan ini berada di kawasan atau sekitar 650 meter dari pelabuhan.
Dulunya, Jalan Nyai Ageng Arem Arem disebut Embong Peti. Nama Embong Peti cukup dikenal karena menjadi pusat para perajin dan perdagangan peti.
Baca juga: HIPMI Gelar Vaksinasi Masal di Gresik, Sediakan 10.000 Dosis Pertama
Peti buatan Gresik berkualitas karena dikerjakan perajin yang mahir. Selain itu bahan yang digunakan juga terbuat dari kayu pilihan sehingga peti buatan Gresik terkenal kokoh, rapat dan tak mudah kemasukan air.
"Nah itulah sedikit cerita mengenai Jalan Nyai Ageng Arem Arem yang dulunya dikenal juga sebagai Embong Peti," tutup Pak Nud.