jatimnow.com - PLT Bupati Sidoarjo Nur Ahmad Saifuddin meninjau sungai di Desa Sumput, Kecamatan Sidoarjo yang berbusa.
Peninjauan tersebut dilakukan bersama Kepala DLHK Sigit Setyawan dan petugas dari DLHK Provinsi Jatim serta Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian (BBTKLPP) Surabaya.
Baca juga: Warga Geger Lihat Sungai Sumput Sidoarjo Berbusa
Baca juga: Air Sungai Mendadak Berubah Jadi Merah Gegerkan Warga di Pamekasan
"Kami terjunkan petugas untuk memeriksa kandungan busa putih yang menutupi permukaan sungai. Busanya hari ini tidak ada," kata Nur Ahmad Saifuddin, Minggu (19/1/2020).
Petugas dari DLHK Jatim dan BBTKLPP Surabaya akan melakukan uji laboratorium yang berada di aliran Sungai Sumput untuk mengetahui kandungan air yang berbusa itu.
"Air sungai warnanya sama dengan air pada umumnya dan tidak perbedaan, tidak ada bau menyengat pada air," ujarnya.
Ia menyebut pihaknya akan memberikan tindakan kepada perusahaan jika Sungai Sumput yang berbusa itu akibat limbah.
"Tidak boleh membuang limbah sembarangan. Itu bahaya dan sudah pidana," tegasnya.
Baca juga: Sungai di Pasuruan Tercemar Limbah Perusahaan, Warga Geruduk DLH
Salah satu petugas dari BBTKLPP Surabaya, Siska menyebut, penelusuran Sungai Sumput yang terjadi fenomena berbusa itu agar warganya tidak merasa resah.
Tim yang dibawa itu akan membawa sampel air itu untuk diuji untuk mengecek kandungan air.
"Untuk mengecek kadar Power of Hydrogen (PH) air, kandungan bahan berbahaya dan beracun (B3) dalam air serta 32 parameter kandungan pada peraturan pergub. Hasilnya akan diketahui setelah 14 hari mendatang itu dari sisi kimianya," kata Siska.
Baca juga: Perusahaan Penghasil Busa yang Tutupi Sungai di Pasuruan Ditutup
Sebelumnya, fenomena sungai berbusa menyebabkan warga geger. Busa yang terlihat tebal itu menumpuk di sekitar dam serta sepanjang aliran sungai.
Fenomena busa di sungai itu sudah terjadi sejak tiga hari belakangan. Tetapi hari ini busa semakin menumpuk. Warga menduga busa itu muncul pada malam hari.
Diduga busa seperti salju itu berasal dari limbah pabrik yang dibuang di sungai. Dikhawatirkan, busa yang diduga berasal dari limbah itu bisa mengganggu ekosistem yang ada di sungai.