jatimnow.com - Rakyat Indonesia dihebohkan dengan kemunculan sejumlah orang yang mendirikan sebuah kerajaan dan memegang kendali kerajaan yang mereka dirikan. Ketua Umum (Ketum) Pengurus Pusat (PP) Muhamadiyah Haedar Nashir menanggapi fenomena tersebut.
Haedar mengatakan, Muhammadiyah sebagai gerakan Islam membawa pembarahuan, tentu fenomena tersebut sangat memprihatinkan.
"Kami prihatin adanya kelompok-kelompok atau orang yang menisbahkan dirinya atau mengaitkan dirinya dengan kesultanan atau kerajaan dan sejenisnya," kata Haedar di sela peresmian Rumah Sakit Muhammadiyah di Ponorogo, Rabu (29/1/2020).
Baca juga: BPKH Sambut Kolaborasi Strategis Bank Muamalat dan Muhammadiyah
Menurutnya, fenomena itu membawa pada kebodohan masyarakat, apalagi jika tidak ada kehati-hatian. Dan tentu hal tersebut berisi sebuah keburukan.
"Yakni membuka peluang pada kerugian dan nanti hal-hal yang tidak diinginkan oleh pemerintah maupun masyarakat," tambahnya.
Baca juga: KHM Trenggalek Pertanyakan Alasan PP Muhammadiyah Terima Konsesi Tambang
Dia menyebut, gejala itu muncul dalam masyarakat yang berubah ada orang atau kelompok teralienasi dari perubahan lalu responnya aneh-aneh.
"Bahkan di media sosial, di mana berita buruk menjadi bagus. Orang cenderung jadi aneh-aneh, jadi laku dijual. Kita sangat prihatin," ungkapnya.
Baca juga: Ketua Muhammadiyah Ajak Ratusan Seniman dan Budayawan Kemah di Batu, Ada Apa?
Menurutnya, dari aspek spiritualitas, hal tersebut tidak menanamkan hal yang positif dan justru membuat orang menjadi milenarisme. Dia mengaku orang dihibur dengan adanya kerajaan, adanya masa depan yang baik dan gemah ripah loh jinawi.
"Padahal itu kamuflase dari atraksi orang yang ingin memperoleh tempat di masyarakat," pungkasnya.