Pixel Code jatimnow.com

Sukadiono, Jejak Sang Visioner dari Jombang ke Ibu Kota

Editor : Ni'am Kurniawan   Reporter : Ali Masduki
Prof. Sukadiono, menyampaikan orasi ilmiahnya sebagai Guru Besar Fisiologi Olahraga di Universitas Muhammadiyah Surabaya. (Foto: Humas UM Surabaya)
Prof. Sukadiono, menyampaikan orasi ilmiahnya sebagai Guru Besar Fisiologi Olahraga di Universitas Muhammadiyah Surabaya. (Foto: Humas UM Surabaya)

jatimnow.com - Hidup memang penuh kejutan. Siapa sangka, Sukadiono remaja yang bercita-cita menjadi insinyur ITB, kini justru dikenal sebagai Guru Besar Fisiologi Olahraga Universitas Muhammadiyah Surabaya (UM Surabaya) dan tokoh penting di Muhammadiyah? Kisah perjalanannya ini sungguh menginspirasi.

Lahir di Njuwet Kedunglosari, Tembelang, Jombang, pada 18 Desember 1968, Sukadiono atau akrab disapa Suko, tumbuh dalam didikan yang kuat. Tiga "lapangan" menempa dirinya: lapangan bola, lapangan dakwah, dan lapangan ilmu.

Ayahnya adalah mantan pemain bola, yang menanamkan kecintaan pada olahraga. Sementara dari guru dan tokoh kampung, ia belajar bahwa ilmu harus seiring dengan adab.

"Ayah saya itu dulu pemain bola, jadi dari kecil saya sudah akrab dengan olahraga. Tapi, beliau juga selalu menekankan pentingnya pendidikan agama dan akhlak," kenang Prof. Sukadiono.

Setelah menamatkan pendidikan dasar dan menengah di Jombang, Suko sebenarnya ingin kuliah di ITB. Namun, atas saran sang ayah, ia memilih Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga (FK Unair). Pilihan yang awalnya terasa berat, ternyata menjadi jalan pengabdian yang tepat.

Di FK Unair, Suko tidak hanya belajar ilmu kedokteran. Ia aktif di berbagai organisasi kepemudaan dan menghidupkan Remaja Masjid Jenderal Sudirman.

Sejak 1996, ia dipercaya sebagai Ketua Takmir Masjid Jenderal Sudirman Darmawangsa, Surabaya. Tugas ini menguji konsistensi ibadah, kepekaan sosial, dan kemampuan merawat umat.

"Di masjid, saya belajar banyak tentang bagaimana berinteraksi dengan orang lain, bagaimana menjadi pemimpin yang amanah, dan bagaimana memberikan manfaat bagi masyarakat," ujarnya.

Setelah lulus, Suko melanjutkan pendidikan Magister Manajemen di Universitas Narotama dan meraih gelar Doktor Ilmu Keolahragaan dari Universitas Negeri Surabaya dengan predikat cumlaude pada 2012. Fisiologi olahraga menjadi fokusnya, menggabungkan kecintaannya pada olahraga dengan ilmu kedokteran.

Karier profesional Suko dimulai dari klinik hingga rumah sakit. Pada 2001, ia menjadi Direktur Akademi Keperawatan dan Akademi Analis Kesehatan UM Surabaya.

Setahun kemudian, ia memimpin Rumah Sakit Muhammadiyah Surabaya. Kemampuan manajerial dan ketekunan akademiknya mengantarkannya menjadi Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan (2005–2012) dan kemudian Rektor UM Surabaya (2012–2024) selama tiga periode berturut-turut.

Baca juga:
Seluruh Mahasiswa KKN UM Surabaya Terlindungi BPJS Ketenagakerjaan

Di bawah kepemimpinannya, UM Surabaya berkembang pesat dan dikenal sebagai "Kampus Sejuta Inovasi". Salah satu langkah beraninya adalah bermitra dengan Persebaya, klub sepak bola kebanggaan Surabaya.

"Kerja sama dengan Persebaya ini bukan sekadar gimmick. Sepak bola adalah bahasa universal. Kami ingin UM Surabaya dekat dengan anak muda dan memberikan wadah bagi mahasiswa-atlet untuk berprestasi," jelasnya.

Suko juga dikenal sangat peduli pada para atlet. Ia hadir di setiap latihan, memberikan motivasi, dan merayakan kemenangan mereka. Baginya, kampus adalah "rumah kedua" bagi para atlet.

Jejak Suko juga tak terpisahkan dari Muhammadiyah. Ia memulai dari kegiatan masjid, lalu aktif di organisasi hingga dipercaya sebagai Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Timur (2022–2027).

Pada awal 2025, ia dilantik sebagai Deputi II Bidang Koordinasi Peningkatan Kualitas Kesehatan di Kemenko PMK.

Baca juga:
1.133 Mahasiswa KKN UM Surabaya Diterjunkan ke 11 Titik: Akselerasi Hilirisasi Riset Inovasi ke Desa

"Di Muhammadiyah, saya belajar tentang pentingnya pengabdian kepada masyarakat. Sementara di pemerintahan, saya ingin memberikan kontribusi nyata dalam meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat Indonesia," tuturnya.

Pengukuhan sebagai Guru Besar Fisiologi Olahraga adalah puncak karier akademik bagi Suko. Namun, baginya, ini bukanlah akhir, melainkan awal dari pengabdian yang lebih luas.

"Guru Besar bukan akhir, melainkan awal babak pengabdian yang lebih luas untuk ilmu pengetahuan, umat, dan Indonesia," tegasnya.

Kisah Prof. Sukadiono adalah tentang perjalanan panjang seorang anak desa yang mampu meraih kesuksesan berkat kerja keras, doa, dan keyakinan pada takdir Allah. Ia adalah bukti bahwa cita-cita boleh berubah, tetapi pengabdian harus tetap menjadi yang utama.

"Meniti jalan pilihan, menyandarkan takdir pada Allah." Itulah prinsip hidup yang selalu ia pegang teguh.