jatimnow.com - PDIP memang belum memutuskan calon wali kota Surabaya yang akan memperoleh rekomendasi. Namun Ketua DPC PDIP Surabaya Adi Sutarwijono disebut juga mempunyai peluang sebagai calon wakil wali kota. Dan Adi alias Awi selama ini dinilai sudah menunjukkan kemampuannya.
"Kemampuan Mas Awi menyeimbangkan faksi-faksi di PDIP Kota Surabaya baik sebagai ketua dpc maupun sebagai ketua DPRD sebenarnya sudah menunjukkan kapasitas beliau," kata Peneliti Senior Surabaya Survei Center (SSC), Surokim Abdussalam, Minggu (29/3/2020).
"Apalagi dalam konteks kesiapsiagaan Covid-19 DPC PDIP Kota Surabaya sangat responsif bisa memainkan peran ciamik, menurut saya itu semua juga tdk lepas dr peran Mas Awi," tambahnya.
Baca juga: Machfud Arifin Ikhlas dan Doakan Eri Cahyadi-Armudji
Surokim melihat bahwa PDIP tidak bisa menolak rekomendasi pusat. Hal itu berlaku juga untuk Ketua DPC Surabaya.
"Kalau sudah ditugaskan DPP siapapun kader PDIP harus siap termasuk Mas Awi yang sudah mendapatkan penugasan sebagai ketua DPC dan ketua DPRD," kata Surokim.
"Rekom PDIP itu bagi kader adalah pengakuan sekaligus kehormatan jadi siapapun yang mendapat rekom di PDIP tentu akan merasa bangga apalagi untuk kota sekelas Surabaya di mana Bu Mega (Megawati Soekarno Putri) terlibat langsung dalam penentuan rekom itu. Jika sudah direkom tidak ada yang bisa mengelak dan harus siap," terang dia.
Yang menarik, kata Surokim, jika rekom PDIP memerhatikan situasi mutakhir dan rekom kemudian diundur lagi seiring dengan tahapan pilwali baru, maka PDIP akan membuat pilwali tetap penuh misteri hingga akhir.
Namun jika rekom keluar mendahului dan kemudian tahapan ditunda, maka tentu saja ada waktu bagi calon potensial yang tidak direkom untuk menempuh jalan alternatif.
Baca juga: Kuasa Hukum MAJU Sayangkan Dana Kampanye Erji Nol Rupiah Tak Ditindak
"Kendati saya pikir jalur parpol (partai politik) agak sulit berubah dan jalur independen sudah closed. Apalagi sekarang masuk babak verifikasi maka agak sulit membayangkan masuknya calon baru lewat jalur ini," jelasnya.
Yang lebih menarik lagi, kata Surokim, apabila PDIP ikut bergabung kepada koalisi besar dengan mengusung Machfud Arifin atau MA.
"Ya semua masih menjadi teka teki apakah PDIP akan masuk koalisi besar mengusung MA atau mengusung calon lain menantang MA. Jika kemudian PDIP akhirnya mengusung MA, maka saya meyakini PDIP akan mengambil jatah cawawali dari kader genuine organik mereka. Dan itu artinya peluang kader-kader genuine akan menguat, khususnya Mas Awi dan Cak Ji (Armuji). Jadilah Pilwali Surabaya, calon partai koalisi besar vs calon independen," terang Surokim.
Surokim melanjutkan, fenomena ini akan menarik secara politik karena partai bisa bersatu membentuk poros koalisi besar yang tentu saja rentan dari banyak hal terutama menyangkut soliditas.
Baca juga: Kuasa Hukum MAJU Sebut Keterlibatan Risma Telah Terungkap dalam Sidang
Semua itu mungkin saja terjadi dan menjadi opsi serta sangat tergantung pada rekomendasi DPP PDIP. Sekali lagi, rekomendasi PDIP akan menentukan konstelasi Pilwali Surabaya dari jalur parpol.
Surokim menegaskan bila PDIP merekom MA, maka PDIP akan mengambil jatah calon wakil wali kota dengan memilih kader genuine mereka.
"Namun jika mengusung calon sendiri, maka opsi itu lagi lagi sulit diterka. Saya pikir sulit membayangkan PDIP akan mengusung dua calon, baik cawali maupun cawawali berasal dari nonkader, sehingga opsi menduetkan MA dan Eri Cahyadi kecil, kemungkinan dalam pandangan saya. Kalau MA dan Mas Awi atau Cak Ji masih mungkin sebagaimana skema yang saya utarakan di atas," paparnya.
"Jika mengusung calon sendiri dan menjadi penantang MA maka PDIP masih bisa mengambil calon lain untuk memasang duet kader dan nonkader. Peluang Mas WS (Whisnu Sakti Buana) ada di sini sebagai cawali," tambahnya.