Pilwali Surabaya 2020 dan Harapan Warga di Eks Lokalisasi Dolly

Rabu, 07 Okt 2020 19:03 WIB
Reporter :
Farizal Tito
Cawali Surabaya Machfud Arifin saat mengikuti diskusi webinar yang digelar MUI Jatim

jatimnow.com - Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jawa Timur menggelar webinar Diskusi Suroboyoan bertajuk 'Nasib Eks Lokalisasi Pasca Kepemimpinan Bu Risma', Rabu (7/10/2020)

Diskusi tersebut membahas nasib eks lokalisasi Dolly dan masa depan masyarakat setempat pascapenutupan Tahun 2015 lalu. Diskusi ini juga diikuti dua kandidat pemimpin Kota Surabaya, Calon Wali Kota (Cawali) Machfud Arifin dan Calon Wakil Wali (Cawawali) Kota Armudji.

Cawali Nomor Urut 2 Machfud Arifin sangat mengapresiasi penutupan lokalisasi di Surabaya. Pemerintah dianggap berhasil menutup lokalisasi. Hanya saja menurutnya, prostitusi di Surabaya belum 100 persen ditutup dan itulah yang perlu mendapatkan perhatian serius.

Baca juga: Machfud Arifin Ikhlas dan Doakan Eri Cahyadi-Armudji

"Prinsipnya saya apresiasi kepada pendahulu Surabaya. Cuma siapa yang bisa menjamin prostitusi sudah benar-benar ngak ada. Lokalisasi memang sudah ditutup, tapi prostitusi terselubung masih ada. Banyak dari mereka yang pakai online," ujar arek asli Ketintang, Surabaya ini.

Machfud Arifin mengungkapkan, penutupan lokalisasi itu ada dampak sosial dan ekonomi yang sampai sekarang belum diatasi dengan baik oleh Pemkot Surabaya, terutama dampak ekonomi. Menurtunya masih banyak warga yang ekonominya lumpuh sejak lokalisasi ditutup.

"Itulah yang harus dicarikan jalan keluar oleh Pemkot. Mereka yang ber-KTP Surabaya dan orang luar daerah yang tinggal di situ perlu kita latih," ucapnya.

Mantan Kapolda Jawa Timur ini menambahkan, pemberdayaan ekonomi terdampak harus berkelanjutan. Tidak hanya diberi pelatihan, tetapi juga diberi akses permodalan dan pemasaran. Dengan program tersebut, maka pembinaan warga terdampak bisa tuntas.

"Habis pelatihan, kalau mau kerja apa, ditunggu laporannya ke saya mau kerja apa. Jadi tidak hanya konsep, tapi juga eksekusi," papar Pasangan Calon Wakil Wali Kota Mujiaman Sukirno ini.

Para pemudanya, lanjut Machfud Arifin, juga harus diberi aktivitas agar bisa produktif sehingga bisa memberikan kehidupan bagi dirinya dan keluarganya.

"Hal itu penting agar semua masalah-masalah pascapenutupan bisa terselesaikan dengan baik," tambahnya.

Selain itu, dia memberikan pesan kepada penegak perda agar terus intens untuk memantau aktivitas di lokasi tersebut. Apabila ada aktivitas remang-remang yang diduga adanya kegiatan transaksi seksual di eks lokalisasi, maka perlu ditindak tegas.

"Satpol PP nanti itu bukan hanya yang pakai seragam, mereka bisa nggak pakai seragam untuk melakukan pengintaian dan penyelidikan, baru ditertibkan, agar tidak salah sasaran. Pokoknya kalau masih ada yang buka kita segel, itu intinya," jelasnya.

Baca juga: Kuasa Hukum MAJU Sayangkan Dana Kampanye Erji Nol Rupiah Tak Ditindak

Lulusan SMPN 1 Surabaya ini mengungkapkan, di eks lokalisasi terdapat 14 aset Pemkot Surabaya yang bisa dimanfaatkan dengan baik untuk pembinaan warga terdampak.

\

"Jika perhatian dari Pemkot Surabaya tidak berkelanjutan, maka bisa jadi muncul lagi aktivitas prostitusi di eks lokalisasi. Dan juga perlu ada regulasi Perda hiburan malam, tidak boleh ada lokalisasi dekat perkampungan," tandasnya.

Sementara Armudji yang mewakili Eri Cahyadi mengakui ada dampak terhadap warga pascapenutupan lokalisasi oleh Pemkot Surabaya. Sebab pasti ada sejumlah warga masih mengaku tidak puas dengan penutupan itu.

"Ada warga yang memang tidak puas dengan penutupan," ujarnya singkat.

Ketua RT 5 RW 3 Putat Jaya, Nirwono Supriadi yang menjadi peserta dalam webinar itu mengungkapkan, masih banyak pekerjaan rumah yang belum selesai pascapenutupan lokalisasi Dolly. Terutama warga Putat Jaya yang merupakan warga asli yang banyak menggantungkan hidup di sana.

"Terutama Putat Jaya. Ketimbang Dolly yang hanya satu gang dan pengelolannya rata-rata bukan warga sana, jadi yang terdampak betul Putat Jaya," ungkapnya.

Baca juga: Kuasa Hukum MAJU Sebut Keterlibatan Risma Telah Terungkap dalam Sidang

Dia mengakui memang Pemkot Surabaya sudah hadir dengan berbagai programnya. Sayangnya, program itu hanya sebatas pembinaan dan tidak berkelanjutan. Sehingga pascapenutupan Dolly, Putat Jaya seperti kampung mati serta ekonomi warga hancur. Banyak warga yang menjadi pengangguran.

"Nggak ada kelanjutannya. Jangan saja kayak asal ibu senang saja. Contoh warga dikasih pelatihan menjahit, tapi dilakukan beberapa kali saja. Setelah itu nggak ada," sambung Nirwono.

Karena kecewa dengan pemkot, Nirwono akhirnya membentuk UMKM bersama warga atas inisiatif sendiri. Harapannya perhatian pemkot ada dan mensupport mereka. Sayangnya pemkot sama sekali tidak hadir.

"Saya suka blusukan, banyak pelaku UMKM mengeluh ke saya, tidak pernah dimodali oleh pemkot. Yang disupport pemkot UMKM itu-itu saja," akunya.

Selain dua calon wali kota, diskusi menggagas masa depan Gang Dolly yang digelar secara virtual itu juga diikuti narasumber Sekertaris Umum MUI Jatim Ainul Yaqin, Peneliti Lokalisasi Surabaya Sunarto, Kia Lokalisasi Surabaya KH Khoiron Syu'eb.

Ikuti perkembangan berita terkini Jawa Timur dan sekitarya di Aplikasi jatimnow.com!
Berita Surabaya

Berita Terbaru
Tretan JatimNow

Terpopuler