jatimnow.com - SMA 17 Agustus 1945 (SMATag) Surabaya menggandeng Direktorat Sistem Informasi Yayasan Perguruan 17 agustus 1945 (DSI YPTA) menggelar In House Training.
In House Training ini digelar untuk mengasah kemampun guru dengan memperkuat kompetensi konten pembelajaran, salah satunya memanfaatkan platform learning intellegent.
Kepala SMATag, Prehantoro menuturkan, kegiatan yang dilakukan secara semi daring tersebut diikuti 50 guru SMATag. Dia menyebut, melalui kegiatan In House Training, para guru difokuskan pada bagaimana menyajikan materi menggunakan Platform Learning Intelligent.
Baca juga: Laskar Kamil Gelar Deklarasi Pemenangan Khofifah - Emil di Pasuruan
Menurutnya, di masa Pandemi Covid-19, sekolah dituntut harus menyuguhkan pembelajaran berkualitas dengan pemanfaatan kompetensi sistem digital (IT).
"Jadi nanti para guru akan membuat konten lebih positif untuk pembelajaran, sehingga siswa bisa kreatif dalam pemanfataan konten-konten agar bisa lebih produktif selama pembelajaran jarak jauh," ujar Prehantoro, Kamis (12/11/2020).
Pembelajaran dengan konsep virtual itu, kata Prehantoro, juga disisipkan materi pengembangan kewirausahaan. Hal itu sekaligus sebagai upaya agar siswa mempunyai nilai tambah, tidak hanya dari pembelajaran umum, tapi juga keahlian.
"Misalnya guru sejarah, dalam kontennya mengusung pembuatan topeng. Ini kan seni. Siswa bisa membuatnya dan bisa jadi peluang usaha. Begitu pun guru mapel (mata pelajaran) wirausaha membuat konten seputar pengolahan bahan-bahan makanan. Seperti keripik atau olahan lele dan belut," papar Prehantoro.
Baca juga: Reses Pertama Ning Ais di Surabaya, Disambati Biaya Pendidikan SMA Mahal
Direktur Direktorat Sistem Informasi YPTA Surabaya, Supangat menambahkan, dalam pelatihan In House Training di SMATag, pihaknya menekankan pada penggunaan platform learning intelligent untuk mempermudah guru dalam membuat konten kreatif.
"Dalam platform ini guru akan lebih leluasa dalam menyiapkan konten pembelajaran. Yang semula guru hanya terbatas satu bab materi saja, melalui platform learning intelligent mereka bebas menyampaikan berbagai materi," jelas Supangat.
Perbedaan lainnya, partisipasi siswa kurang tampak dalam platform yang sudah ada. Sementara di platform learning intelligent, siswa bisa mengabsen kehadirannya secara mandiri bukan guru.
Baca juga: Janji Manis Risma Naikkan Anggaran Pendidikan Jatim jadi 35 Persen, Mungkinkah?
"Jadi guru hanya menyampaikan materi, nanti sistem yang mengelompokkan tingkat pemahaman siswa dari yang kurang, sedang dan respon cepat dalam menerima pembelajaran. Jadi nanti guru akan fokus ke yang kurang," ujar Supangat.
Kendati begitu, platform learning ini, menurut Supangat masih jarang digunakan oleh sekolah. Karena kebutuhan rekrutmen managemen sekolah belum memisahkan antara unsur pendukung, teknologi dan human resource.
"Jadi tadi diarahkan untuk tenaganya dipisahkan. Sehingga guru bisa lebih fokus dalam pembuatan konten pembelajaran. Jadi guru tidak repot masalah administrasi," pungkas Supangat.