jatimnow.com - Para kiai dan jemaah Nahdlatul Ulama (NU) di Surabaya mendoakan Calon Wali Kota-Wakil Wali Kota Nomor Urut 2, Machfud Arifin-Mujiaman (MAJU) memimpin Kota Surabaya.
Doa itu menggema dalam acara 'Silahturahim dan Halaqah Aswaja' bertema Pandangan Aswaja Terhadap Peningkatan Ekonomi, Sosial dan Budaya demi Kemajuan Surabaya di Hotel Mercure, Kamis (19/11/2020).
"Memilih adalah kewajiban. Aturan NU tidak boleh mengungkapkan dukungannya secara formal melalui institusi NU. Namun tidak ada salahnya bila secara individual memilih salah satu paslon. Kami sudah jelas alasannya memilih beliau (Machfud Arifin)," ungkap Prof Dr KH Ali Maschan Moesa.
Baca juga: Machfud Arifin Ikhlas dan Doakan Eri Cahyadi-Armudji
Dalam acara tersebut, ia juga mengajak Nahdliyyin untuk memilih Machfud Arifin pada 9 Desember 2020 nanti. KH Ali juga menegaskan bahwa Nahdliyyin harus berkontribusi dalam politik negara.
Menurutu KH Ali, salah satu alasan utama memilih Machfud Arifin karena mantan Kapolda Jawa Timur itu dekat dengan pimpinan agama.
"NU jadi pejuang sejarah Surabaya. Selama ini orang lupa sejarah. Pemkot dan pemimpin juga sering lupa. Kami tidak dilibatkan," ujarnya.
KH Ali menyebut bahwa ia melihat pemimpin yang meninggalkan agama tidak tahu sejarah. Dan dia melihat jelas bahwa Machfud Arifin dekat dengan ulama.
"Komitmen keagaaman kuat. Pemimpin berkomitmem untuk kemaslahatan umat. Selama memimpin dan jadi kapolda, beliau dekat dan merangkul kelompok agama. Itu salah satunya kami memilih beliau," jelasnya.
Sementara KH M Ali Maghfur Syadzili Iskandar, Pengasuh Pondok Pesantren Manba'ul Falah Surabaya yang hadir dalam acara tersebut mengatakan bahwa acara Silahturahim dan Halaqah Aswaja itu digelar karena berawal dari masukan banyak pihak.
Baca juga: Kuasa Hukum MAJU Sayangkan Dana Kampanye Erji Nol Rupiah Tak Ditindak
"Selama ini di Surabaya, pesantren, madrasah dan seterusnya tidak punya orangtua dan didukung pemimpin. Halaqah ini ingin menyamakan persepsi antara Nahdliyyin dari jajaran kultural maupun struktural, bahwa Surabaya harus berubah. Harus berpikir kembali dan membangun pesantren," ujarnya.
Calon Wali Kota Surabaya, Machfud Arifin pun bersyukur bisa bersilaturahmi dengan para kiai di Surabaya. Bahkan itu dilakukan sejak dirinya menjadi polisi.
"Kami sering salat, makan bareng. Alhamdulillah juga dekat dengan ulama. Saat jadi kapolda juga demikian. Istilahnya ngalap berkah. Siapa tahu ketularan baiknya," ujar Machfud Arifin.
Mantan Kapolda Jatim ini pun menegaskan tidak pernah meminta dukungan, apalagi mengharapkan dukungan. Namun Machfud Arifin mengatakan mereka menggunakan hak pilihnya dengan mendukung dirinya.
Baca juga: Kuasa Hukum MAJU Sebut Keterlibatan Risma Telah Terungkap dalam Sidang
Ketika ditanya soal pembangunan pesantren dan sekolah swasta di Surabaya, Machfud Arifin menjanjikan tidak akan ada dikotomi. Ia juga menyayangkan tidak adanya sentuhan dan perhatian pemerintah terhadap pendidikan pesantren.
"Pendidikan ini nggak disentuh. Guru ngaji Rp 350 ribu dan nggak didengerin. Akan dibantu dan dipertimbangkan. Dari CSR atau APBD. Akhlak moral dibentuk di pesantren, tapi masak nggak diperhatikan pemkot," ungkapnya.
Ke depan, Machfud Arifin berjanji bahwa programnya tidak hanya memperkuat pesantren, tapi juga mengusahakan tidak ada dikotomi pendidikan.
"Bukan hanya memperhatikan dan mengembangkan sekolah negeri. Tapi juga akan perhatikan muridnya, gurunya dan semua pihak," pungkas arek asli Ketintang, Surabaya tersebut.