jatimnow.com - Tarwi, mantan atlet balap sepeda nasional dari Surabaya yang puluhan kali meraih prestasi di dalam negeri maupun ajang internasional, didapuk sebagai pelatih klub Gilaas pimpinan Armudji.
Di saat klub yang dilatihnya itu mencetak anak-anak Surabaya menjadi atlet balap sepeda berprestasi, Tarwi malah didepak dari kursi kepelatihan dan tidak diberikan uang gaji maupun tunjungan prestasi oleh owner klub Gilaas, Armudji.
"Dibilang gelo ya gelo (menyesal). Anak-anak berprestasi kok saya digitukan," ujar Tarwi kepada jatimnow.com, Senin (7/12/2020).
Baca juga: Ratusan Atlet Sepeda Ikuti Kejuaraan Hell2men di Tulungagung
Tarwi menceritakan, pada Tahun 2005 hingga 2008, Tarwi melatih atlet balap sepeda di klub asal Jakarta, Customs Cycling Club. Karena istrinya di Surabaya sedang sakit, Tarwi tidak melanjutkannya.
"Saya tidak kembali lagi ke Jakarta karena istri saya di Surabaya tidak ada temannya di rumah. Dari pada saya menganggur, saya mendirikan klub di Surabaya. Saya izin ke Customs Cycling Club bahwa saya mendirikan klub di Surabaya dan diizini," tuturnya.
Ketika di rumah, banyak anak-anak muda Surabaya yang ingin menimba ilmu kepada Tarwi. Mereka berdatangan ke rumahnya untuk berlatih sepeda dengan peralatan yang disediakan oleh mantan atlet balap sepeda kelas nasional dan internasional ini. Tarwi bahkan merakit sepeda untuk anak-anak yang punya semangat dan disiplin berlatih.
Baca juga:
- Mantan Atlet Nasional Balap Sepeda di Surabaya yang Kini Terabaikan
- Mantan Atlet Balap Sepeda di Surabaya itu Tak Dapat Apresiasi Pemkot
"Kemudian waktu itu, Pak Armudji kenal sama saya. Pak Armudji berkeinginan untuk membina anak-anak Surabaya menjadi atlet sepeda balap," ujarnya.
"Karena punya keinginan seperti itu. Buat saya kesempatan untuk membentuk klub dibentuk di rumah saya ini, yang namanya klub itu Gilaas Surabaya atau Gila Sepeda Anak-anak Surabaya," paparnya.
Setelah resmi dibentuk kepengurusannya dan peralatannya, setiap hari anak-anak dilatih di rumah Tarwi.
"Bahkan Pak Armudji hampir seminggu dua kali, tiga kali datang ke rumah saya ini untuk melihat anak-anak latihan," ungkapnya.
Sekitar kurang dari satu tahun dibentuknya Club Gilaas Surabaya, ada gelaran perlombaan tingkat Provinsi Jawa Timur. Meskipun masih baru, anak-anak didik Tarwi berani terjun ke Porprov Jatim di Malang.
Hasilnya, anak-anak Club Gilaas Surabaya dapat bersaing dengan Malang yang sebelumnya sudah lama mempersiapkan atlet sepeda balap.
"Juara dari anak-anak Surabaya ada, namnaya Yesica," ucapnya.
Tarwi menerangkan, selama melatih tidak menerima bantuan ataupun gaji melatih dari Ketua Club Gilaas Surabaya, Armudji yang saat itu menjadi anggota DPRD Surabaya.
Baca juga: Borong Tiga Medali Emas Jatim Downhill Series 2022, Pandu Calon Juara Umum
Tanpa bantuan dari ketua klub, anak didik Tarwi banyak berprestasi di tingkat provinsi seperti kejuaraan di Pontianak dan daerah lainnya di Indonesia. Bahkan ada sekitar 5 anak didiknya diambil untuk mengikuti pelatnas Prima, sekitar Tahun 2010 atau 2011 untuk dipersiapkan Asian Games.
Di saat banyak mencatat prestasi, Armudji mengubah nama club menjadi Gilaas Surabaya Hi Tech Mall.
"Kalau sudah berubah menjadi Gilaas Hi Tech Mall, berarti sudah dapat sponsor dapat dana. Tapi dananya kok nggak pernah logor (turun ke Tarwi maupun operasional) gitu loh," bebernya.
"Jadi untuk membiayai atlet-atlet sepeda, saya tidak pernah mendapatkan biaya dana dari sponsor atau perorangan. Jadi saya biaya sendiri," tambah dia sambil menambahkan kejadian itu dialami selama tiga tahun melatih di klub balap sepeda yang diketuai Armudji.
Seringnya meminta dana ke istrinya, membuat Tarwi sering bertengkar dengan istrinya. Melihat kecintaan bapaknya terhadap dunia balap sepeda begitu tinggi, sehingga anak kandung Tarwi sering patungan untuk membiayai anak-anak yang berlatih balap sepeda.
Tarwi berkecimpung menjadi pelatih di Club Gilaas pimpinan Armudji sejak 2008-2011. Tapi tak pernah mendapatkan gaji dan tunjangan maupun bantuan biaya operasional melatih anak-anak didik Gilaas.
"Saya tidak menerima kesejahteraan dari melatih di klub. Tapi ketika anak-anak banyak ditawari di klub yang bisa menjamin kesejahteraannya, saya tidak bisa nggandoli (mempertahankan). Lah saya nggak bisa menjamin masa depan mereka," paparnya.
Baca juga: Kecelakaan, Pelatih Downhill Christian Mardianto Meninggal Dunia
Ketika Club Gilaas Hi Tech Mall Surabaya menjadi besar dan banyak sponsor serta atlet mendapatkan tawaran lebih menggiurkan, akhirnya atlet menjadi berguguran.
"Akhirnya menjadi buyar. Dan dulunya anak-anak dibelikan sepeda. Karena belinya sepeda saya juga tidak tahu, terus anak-anak laporan ke saya, sepedanya dimintai semua oleh Pak Armudji," jelasnya.
Tarwi juga didepak dari pelatih Gilaas Hi Tech Mall pimpinan Armudji.
"Saya pada waktu itu pergi ke Jakarta selama dua minggu. Kemudian pulang, kira-kira dapat dua hari dapat telpon: Pak Tarwi nggak usah melatih anak-anak, soalnya anak-anak sudah ada yang melatih. Oh terima kasih pak, ya sudah," kenang Tarwi menirukan percakapannya dengan Armudji saat itu.
"Yang mbabat alas (ikut mendirikan) saya. Tapi karena saya diberhentikan, ya saya mengucapkan terima kasih," ujar Tarwi.
Meski sempat memikirkan pemecatannya dari kursi pelatih, Tarwi akhirnya menghilangkan pikiran itu dan lebih konsen bersepeda sendiri.
"Saya nggak habis pikir. Karena saya senang bersepeda, sampai sekarang saya ya nggowes sendiri," tandas Tarwi.