Pixel Codejatimnow.com

Mantan Atlet Balap Sepeda di Surabaya itu Tak Dapat Apresiasi Pemkot

Editor : Narendra Bakrie  Reporter : Jajeli Rois
Tarwi, mantan atlet nasional bapal sepeda di Surabaya
Tarwi, mantan atlet nasional bapal sepeda di Surabaya

jatimnow.com - Mantan atlet nasional balap sepeda, Tarwi (79) sempat melatih anak gelandangan di Surabaya. Setelah menggembleng anak gelandangan hingga berprestasi, ternyata dia tidak mendapat apresiasi dari pemerintah kota (pemkot).

"Sekitar Tahun 2009 sampai 2011 saya melatih anak-anak gelandangan," ujar Tarwi kepada jatimnow.com, Senin (7/12/2020).

Pensiunan pegawai Pemkot Surabaya yang saat ini tinggal di Ngagel Kebonsari ini menceritakan bagaimana melatih anak-anak gelandangan hingga berprestasi menjadi atlet balap sepeda.

"Ceritanya begini. Saya menampung atlet-atlet pemula. Jadi anak-anak yang muda-muda datang ke tempat saya untuk mau saya latih. Ya silahkan, karena di sini tempatnya anak-anak balap sepeda dan tempat latihannya di garasi depan rumah saya," tuturnya.

Namun sekitar Tahun 2010 di awal jabatan Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini (Risma), Tarwi didatangi oleh anak-anak gelandangan yang dalam binaan Lingkungan Pondok Sosial (Liponsos)-UPT di bawah Dinas Sosial Kota Surabaya, ingin bergelut di dunia balap sepeda.

Baca juga:  Mantan Atlet Nasional Balap Sepeda di Surabaya yang Kini Terabaikan

Anak-anak gelandangan itu menimba ilmu ke Tarwi karena mereka sering melihat anak didik Tarwi yang masih pemula, mulai usia 12 hingga 16 tahun untuk berlatih di kawasan Galaxi.

"Tahu saya melatih juga di tim (klub) Gilas yang ketuanya Pak Armudji, saya pelatihnya. Kemudian mereka (anak gelandangan) bergabung," terangnya.

Prestasi anak-anak gelandangan dalam kejuaraan KONI Surabaya juga berprestasi.

"Ternyata nggak ada bedanya, baik dari anak yang mampu maupun anak-anak tidak mampu (gelandangan) bisa berprestasi dan memiliki semangat, disiplin," tambahnya.

Untuk melatih anak gelandangan maupun bukan anak gelandangan, Tarwi kadang membuat sepeda balap rakitan sendiri 8 hingga 10 unit. Sepeda itu digunakan latihan bagi anak-anak didiknya.

Baca juga:
Ratusan Atlet Sepeda Ikuti Kejuaraan Hell2men di Tulungagung

"Tidak ada anggaran untuk anak-anak gelandangan dari Liponsos. Sementara itu saya pinjamin," ujarnya.

"Setelah anak-anak berprestasi, itu dibelikan sepeda sama Bu Risma. Hanya dibelikan sepeda saja empat unit. Biaya latihan tidak dikasih," ungkap Tarwi.

Setelah melatih dan membuat anak-anak gelandangan yang diasuhnya di Liponsos berprestasi, sekitar Tahun 2012, Tarwi sudah tidak melatih lagi di Liponsos.

"Sejak Tahun 2012 saya tidak melatih di Liponsos. Karena di sana sudah ada yang melatih dari teman saya Suharto. Suharto dulu yang tukang becak, sama Bu Risma diangkat menjadi pelatihnya Liponsos," sambungnya.

"Tapi waktu Suharto melatih anak-anak Liponsos itu, anak-anak masih latihan di sini (di rumahnya). Ya saya biarkan saja menggunakan alat-alat di sini, karena alat-alat di sini masih ada," ucap Tarwi.

Seiring berjalannya waktu, anak-anak gelandangan Liponsos sudah tidak lagi dilatih Tarwi, karena peralatan untuk latihan sudah disediakan di Liponsos.

Baca juga:
Borong Tiga Medali Emas Jatim Downhill Series 2022, Pandu Calon Juara Umum

Selama melatih sekitar tiga tahun di Liponsos, Tarwi tidak sama sekali mendapatkan apresiasi atau gaji dari Pemkot Surabaya. Bahkan tak jarang atlet balap sepeda yang meraih puluhan juara tingkat daerah maupun Indonesia hingga internasional itu, harus merogoh uang pribadinya.

"Jadi begini, ketika latihan ke luar kota itu satu minggu ada dua sampai tiga kali. Kalau dari Liponsos ada empat sampai lima anak. Kalau latihan ke luar kota, pasti makan, karena jaraknya jauh 100 kilometer lebih," paparnya.

"Yang membelikan makan saya. Peralatannya dari saya, sebelum mereka dibelikan sepeda. Semua itu saya lakukan karena saya senang," turur Tarwi.

Tarwi menceritakan, hampir setiap hari bertengkar dengan istrinya karena selalu mengeluarkan dana pribadi untuk melatih anak-anak didiknya.

"Saya hampir setiap hari bertengkar dengan istri saya, karena nyadong (minta uang) terus ke istri untuk membiayai anak-anak. Saya juga tidak diberi gaji oleh pemkot. Tidak ada sama sekali, malah keluar biaya sendiri," pungkas Tarwi.