jatimnow.com - Bom bunuh diri di pintu gerbang Gereja Katedral Makassar banyak mengundang reaksi warga di media sosial. Berbagai informasi dibagikan cukup massif dan berseliweran terkait peristiwa itu rawan dibaca anak-anak.
Kepala Divisi Pengawasan, Monitoring dan Evaluasi Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), Jasra Putra menyebut pentingnya peran orangtua agar anak-anaknya terhindar dari informasi yang tidak layak.
Menurut Jasra Putra, orangtua sebagai pihak paling dekat dengan anak sangat penting mendampingi dan menghadirkan diskusi itu di dalam ruang keluarga. Apalagi tren saat ini, anak-anak mempunyai lebih dari satu akun di media sosial.
Baca juga: Para Teroris Jaringan Pelaku Bom Bunuh Diri di Makassar Diringkus, Ini Perannya
"Bayangkan bila semua akun itu mengundang reaksi anak. Untuk itu, sejak dini Undang-undang Perlindungan Anak mengingatkan bahwa dalam situasi seperti ini, anak-anak tidak boleh dibiarkan tanpa perlindungan jiwa dalam Pasal 76H," kata Jasra Putra dalam siaran pers yang diterima redaksi, Minggu (28/3/2021).
Jasra Putra menambahkan, anak-anak seharusnya mendapatkan informasi yang layak, yang menempatkan mereka dalam tumbuh kembang yang maksimal. Membangun edukasi yang lebih dominan pada kepekaan nilai-nilai kemanusiaan.
"Karena kebutuhan mereka yang besar dalam tumbuhkembangnya. menprasyaratkan kondisi dorongan dan intervensi yang bertujuan baik. Jangan sampai kebutuhan besar itu, dipenuhi reaksi yang berujung mengancam jiwanya," tambahnya.
Sebab, lanjut Jasra Putra, seringkali peredaran foto, video, pernyataan yang tidak layak massif beredar di media sosial. Bahkan berita itu diproduksi lagi, sehingga tidak sesuai realita.
"Akhirnya menjadikan anak-anak lebih bertumbuh ke arah penyebaran kebencian ke orang lain. Bahkan ke teman-temannya sendiri yang ikut menyikapinya," ungkap dia.
Baca juga: Pelaku Bom Bunuh Diri di Makassar Dipastikan dari Kelompok JAD
"Jangan sampai, anak anak digiring dalam konflik tak berkesudahan, yang berakibat buruk," sambung Jasra Putra.
Untuk itu, keluarga, sekolah, tempat-tempat pembelajaran di masyarakat, rumah ibadah punya tugas menjelaskan kembali secara baik dalam kegiatannya, seperti mengajak anak-anak bersikap tenang, mendoakan para korban, mengajarkan nilai-nilai yang di pegang bangsa Indonesia dalam hidup bersama.
"Seperti yang terkandung pada nilai-nilai keragaman Pancasila, bahwa pemerintah kita sedang bekerja dan mengungkap peristiwa. Agar mereka teredukasi dan belajar merespon peristiwa-peristiwa ke depan dengan lebih baik," paparnya.
Jasa Putra juga menyebut pentingnya mengenalkan kata maaf pada anak-anak dalam berbagai peristiwa yang mengundang emosi. Karena bila dibiarkan akan menjadi reaksi yang berlebihan dan tidak pada tempatnya. Apalagi di media sosial, yang bisa menyebabkan terlibat pembicaraan yang cenderung menyesatkan dan dapat merugikan jiwanya.
Baca juga: Polisi Sebut 14 Orang Jadi Korban Bom Bunuh Diri di Gereja Katedral Makassar
Dia mengingatkan berbagai pihak untuk mengambil posisi menenangkan dan mendamaikan berbagai pihak. Agar Indonesia tidak mewarisi trauma kepada generasinya. Agar generasinya tidak diwarisi kebencian-kebencian yang diajarkan.
Namun lebih menumbuhkan kasih sayang yang memang menjadi fitrah dan anugerah dari Sang Pencipta kepada setiap anak, yang dapat mendukung tumbuh dan kembangnya dalam alam Indonesia.
"Sikap-sikap yang menumbuhkan kepekaan kemanusiaan harus lebih dominan dimunculkan orangtua dibanding sikap lainnya. Guna mengedukasi dalam memutus mata rantai kekerasan," tandasnya.