jatimnow.com - Tidak ada kata menyerah bagi Muntia Sulasih dalam menjalani hidup. Nenek 84 tahun itu tetap semangat berjualan keliling kampung meski usianya sudah senja.
Perempuan yang sudah menjanda 35 tahun setelah suaminya meninggal itu sehari-hari tinggal di Kelurahan Pacar Keling Gang 3, Kecamatan Tambaksari, Kota Surabaya.
Di bulan ramadan seperti sekarang, Mbah Sih yang seorang muslim tetap semangat berpuasa. Menjelang berbuka, dia mendorong kereta bayi yang telah dimodifikasi secara sederhana untuk berjualan jajanan tradisional, mulai talas, ubi, ketan dan jajanan tradisional lainnya.
Baca juga: Berbagi Keceriaan di Momen Ramadan Melalui Kampanye Kesehatan
"Sadean niki nek tigang tahun nggeh enten, lek sien-sien nggeh getuk, nggeh sembarang kalir. (Jualan ini sudah sekitar tiga tahun. Kalau dulu jualan getuk dan lain-lain)," tutur Mbah Sih saat ditemui jatimnow.com, Senin (26/4/2021).
Selama bulan puasa setiap tahunnya, Mbah Sih berjualan pada sore hari mulai pukul 15.00 Wib. Dari rumahnya ia berjalan mengelilingi kampung, menawarkan jajanan hingga Stasiun Gubeng, Surabaya.
Dari rumahnya, kemudian berkeliling, rata-rata Mbah Sih berjalan sekitar 10 kilometer, meski tubuhnya tak lagi tegak. Setiap harinya, dia hanya mendapat Rp 70 hingga 80 ribu rupiah, itu pun jika dagangannya habis.
"Nggeh biasae injing nek mboten poso, biasa e nggeh sampek stasiun niku. (Biasanya kalau tidak puasa ya pagi, jualan sampai Stasiun Gubeng)," tambahnya.
Baca juga: Spirit of Ramadan: Berbagi Kasih, Buka Puasa Bersama 2000 Anak Yatim Piatu di Indonesia
Mbah Sih mengaku bahwa sempat mandek berjualan karena tidak lagi memiliki modal. Untuk membantu asa Mbah Sih agar tetap bisa berjulan, kali ini tim jatimnow.com menyalurkan bantuan berupa uang dari Ketua DPC PDIP Kota Surabaya yang juga Ketua DPRD Surabaya, Adi Sutarwijono.
"Nggeh bondone telas ngoten nggeh mandek. (Kalau modalnya habis, sehingga berhenti jualan)," katanya.
Mbah Sih telah dikaruniai dua orang putra yang masing-masing telah memberikan dia cucu.
Baca juga: Potret Pembagian 1000 Paket Sembako di Masjid Cheng Hoo Surabaya
"Putu tigo, buyut setunggal (cucu tiga, cicit satu)," terangnya.
Kedua putranya saat ini masih satu rumah dengannya. Meski demikian, Mbah Sih tidak ingin merepotkan anak-anaknya, sehingga tetap berjualan setiap hari untuk mencari pendapatan sendiri.
"Pados kiambak, masak kiambak. (Cari uang sendiri, ya masak sendiri)," tandasnya.