jatimnow.com - Prodi Hukum Keluarga Islam Universitas Muhammadiyah Surabaya (UMSurabaya) mengggelar pengamatan gerhana bulan total atau Super Blood Moon secara luring dan daring di Rooftop Gedung At-Tauhid Tower lantai 4 kampus setempat, Rabu (26/5/2021).
Dalam kegiatan yang dilakukan sejak pukul 17.00 WIB itu, para dosen dan mahasiswa yang hadir menerapkan protokol kesehatan yang ketat. Sedangkan sisanya wajib mengikuti dari rumah melalui berbagai channel yang disediakan, baik Zoom, YouTube maupun Live Instagram @umsurabaya.
Agar dapat melihat bentuk bulan dengan jelas, mereka melakukan pengamatan gerhana bulan menggunakan peralatan seperti teleskop, kamera DSLR. Selain itu mereka juga melakukan edukasi astronomi, proses pengukuran arah kiblat dengan menggunakan matahari hingga melakukan Salat Gerhana.
Baca juga: Sebuah Rumah dan Musala di Pasuruan Rusak Diterjang Gelombang Tinggi
Pengajar Astronomi UMSurabaya, Andi Sitti Mariyam mengatakan bahwa secara astronomis proses terjadinya gerhana mematahkan isu yang menyatakan bahwa bumi itu datar.
"Pada saat bayangan bulan masuk maupun mulai keluar dari bagian umbra, terlihat bayangan bumi membentuk lengkungan. Hal tersebut menunjukkan bahwa bumi itu tidak datar," katanya.
Dia menjelaskan, supermoon adalah istilah ketika bulan purnama berada pada titik terdekatnya dengan bumi atau titik perigee, yaitu berjarak sekitar 357.462 kilometer dari bumi.
Sementara saat berada pada titik terjauh atau apogee, bulan berjarak 407.000 kilometer dari bumi. Karenanya bulan pada saat supermoon akan terlihat 14 persen lebih besar dan 30 persen lebih cerah daripada purnama saat jarak terjauhnya.
"Istilah bloodmoon menunjukkan tampilan bulan yang berwarna merah saat gerhana akibat pembiasan cahaya matahari oleh lapisan atmosfer bumi. Saat puncak gerhana berlangsung, bulan tidak sepenuhnya berwarna gelap namun akan berwarna kemerahan," bebernya.
Baca juga: Penampakan Banjir Rob di Pesisir Surabaya Dampak Gerhana Bulan Total
Rangkaian gerhana bulan berada pada tujuh fase, yaitu awal penumbra pada pukul 15.46, awal umbra pukul 16.44, awal gerhana total pukul 18.09, puncak gerhana pukul 18.18, akhir gerhana total pukul 18.28 WIB, akhir umbra pukul 19.52 WIB dan akhir penumbra pukul 20.51 WIB. Total proses gerhana memiliki durasi waktu 5 jam lebih 5 menit. Sementara itu, matahari tenggelam untuk wilayah surabaya pada pukul 17.18 WIB.
Menanggapi berita yang beredar tentang kemungkinan banjir rob saat gerhana nanti malam, Andi Sitti Mariyam berpendapat bahwa pada dasarnya peredaran bulan mengelilingi bumi menimbulkan efek pasang surut. Di setiap purnama memang akan terjadi pasang dan mungkin banjir rob untuk wilayah yang rendah atau pesisir.
"Jadi peristiwa banjir rob tidak secara khusus diwaspadai akan terjadi pada saat gerhana saja, namun setiap purnama," ujarnya.
Sementara Ketua Prodi Hukum Keluarga Islam UMSurabaya, Mohammad Ikhwanuddin menegaskan bahwa proses terjadinya gerhana merupakan sebuah fenomena alam yang tidak berkaitan dengan mitos apapun.
Baca juga: Tradisi Ritual saat Gerhana Bulan yang Tak Lekang oleh Zaman di Probolinggo
"Gerhana adalah sunnatullah. Tidak ada hubungannya dengan kematian maupun kelahiran seseorang, bencana alam maupun mitos lainnya," sambung Ikhwanuddin.
Selain pengamatan gerhana, juga dilakukan pengukuran arah kiblat menggunakan matahari. Pengukuran dilakukan 27 dan 28 Mei 2021 pukul 16.18 WIB. Pada jam tersebut, matahari berada tepat di atas ka'bah.
Karenanya, bayangan dari benda di seluruh permukaan bumi yang tersinari cahaya matahari akan membelakangi arah kiblat. Untuk mengukurnya hanya memerlukan alat sederhana, yakni benda yang berdiri tegak lurus, serta spidol sebagai penanda arah.
"Karena masih dalam suasana pandemi serta mahasiswa berada di rumah, maka proses pengukuran arah kiblat dilakukan di rumah masing-masing. Namun mahasiswa wajib melaporkan hasilnya. Ini sebagai wujud bahwa ilmu falak bukan hanya sekedar ilmu teoritis, tapi juga dapat dipraktikkan secara langsung dengan cara yang sederhana, asyik dan menyenangkan," tandasnya.