jatimnow.com - Serangan jantung dapat menyebabkan kerusakan besar pada kesehatan. Namun, mungkin Anda tidak menyadari bahaya dari risiko gagal jantung kongestif.
Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Amerika Serikat (AS), saat ini sekitar 6,2 juta orang AS hidup dengan kondisi itu.
Meskipun gagal jantung tidak berarti jantung telah berhenti, tetapi kondisi itu masih bisa menjadi penyakit yang sangat serius, bahkan mengancam jiwa.
Baca juga: 3.840 Warga Banyuwangi Operasi Katarak Gratis
Itulah mengapa sangat penting mengenali tanda-tanda gagal jantung kongestif, terutama yang dapat dengan mudah disalah artikan sebagai tanda lain.
Batuk adalah hal yang normal jika ada zat yang mengiritasi. Namun, menurut American Heart Association (AHA), penyebab yang mendasari batuk lama dengan lendir putih atau merah muda, sebenarnya bisa menjadi tanda gagal jantung.
Ini dikenal sebagai "batuk jantung" dan juga dapat memicu sesak napas atau mengi.
Para ahli menjelaskan, kondisi ini terjadi ketika jantung menjadi kurang efisien sehingga darah dapat kembali ke vena pulmonalis (pembuluh yang membawa darah dari paru-paru ke jantung) memungkinkan cairan bocor ke paru-paru.
Paling umum, batuk yang tidak berhenti adalah akibat dari asma atau penyakit paru obstruktif kronik (PPOK).
Namun, para ahli mengatakan jika batuk berlanjut setelah perawatan penyakit paru-paru, maka Anda harus dievaluasi untuk gagal jantung.
"Seiring waktu, ketika gejala mereka tidak membaik dengan pengobatan (masalah pernapasan) yang tepat, gagal jantung muncul sebagai diagnosis,” kata spesialis gagal jantung Miriam Jacob di situs Cleveland Clinic dilansir di Best Life, Kamis (21/10/2021).
Baca juga: Marak Bunuh Diri di Surabaya, Waspadai Gejala Ini Rek!
Tanda-tanda gagal jantung dapat ambigu karena sering dikaitkan dengan sejumlah penyakit lain juga.
Menurut American Heart Association (AHA), seseorang bisa minta evaluasi dari profesional kesehatan tentang kemungkinan gagal jantung jika menunjukkan lebih dari satu tanda berikut, sesak napas, mengi, pembengkakan atau retensi cairan, kelelahan, kehilangan nafsu makan, mual, kebingungan, dan peningkatan denyut jantung.
Mencoba mengobati "batuk jantung" di rumah dengan obat yang dijual bebas bisa sangat berbahaya bagi mereka yang menderita gagal jantung.
Pensiunan ahli jantung, Richard N Fogoros, menjelaskan bahan aktif di dalam beberapa obat itu, misalnya pseudoefedrin (sudafed) dan triprolidine-pseudoephedrine (actifed) dapat meningkatkan tekanan darah dan menyebabkan retensi cairan.
“Keduanya efek samping yang dapat memperburuk gagal jantung,” ujar Fogoros.
Baca juga: Bank Mandiri Taspen Gandeng IHC PT Rolas Nusantara Medika, Layanan VIP Nasabah
Sebagai gantinya, lanjutkan minum obat jantung apa pun yang telah diresepkan untuk Anda, dan hubungi dokter untuk evaluasi segera.
Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama jatimnow.com dengan Republika.co.id. Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab Republika.co.id