Pasuruan - Tema 'tafaqquh fid din' selayaknya menjadi ide besar dalam penyusunan raperda pengembangan pondok pesantren (ponpes) yang sekarang sedang dibahas oleh DPRD Jatim.
Kebutuhan ponpes untuk berbenah tidak perlu mengubah karakteristik pesantren sebagai lembaga pendidikan pencetak 'expertis' di bidang agama.
Itu disampaikan Anwar Sadad dalam pengajian perdana kitab Ihya' Ulum al-Din yang diasuh KH Fuad Noerhasan di Ponpes Sidogiri, Kabupaten Pasuruan, Rabu (27/10/2021).
Baca juga: Program Makan Bergizi Diharapkan Bisa Serap Sayuran Lokal Mojokerto
"Keberadaan pesantren preneur maupun OPOP harusnya hanya menjadi komplementer, tidak boleh mengubah jati diri pesantren," ujar Wakil Ketua DPRD Jatim, Anwar Sadad.
Baca juga: DPRD Jatim Resmi Sahkan APBD Jatim 2025, Belanja Daerah Rp29,6 Triliun
Sadad hadir dalam pengajian kitab tersebut bersama alumni Sidogiri lainnya di antaranya KH Mukhlis Muhsin dari Bangkalan.
Menurut Sadad, tugas memperdalam ilmu agama merupakan tugas berat yang memerlukan keahlian khusus. Hal ini yang menimbulkan kesan pesimisme dibalik angin segar tentang Raperda Pesantren.
Baca juga: Reses Ketua DPRD Jatim, Kader KSH Surabaya Sambat Gaji Kurang
"Namun tidak bisa dipungkiri bahwa di era Society 5.0 mengharuskan pesantren berbenah," tandasnya.