Surabaya - Sudah 20 tahun Latipa (48) menjadi kuli panggul di Pasar Pabean, Gang Ketapang VI, Surabaya. Latipa sudah menjadi kuli panggul sejak berusia 20 tahunan.
"Mulai kecil saya jadi kuli panggul, dari umur 20 sampai 40an sekarang," kata Tipa, panggilan akrab Latipa saat ditemui jatimnow.com, beberapa waktu lalu.
Warga asal dari Madura kini merantau dan tinggal di Bulak Banteng. Upah yang dihasilkan dalam sekali angkut sekitar Rp2 ribu sampai Rp4 ribu.
Baca juga: Menteri ATR/BPN - PWNU Jatim Teken Kerja Sama Sertifikat Tanah Wakaf
Ia membawa beberapa rempah-rempah. "Ya sembarang, ada bawang, kemiri, rempah-rempah. Adanya apa ya diangkut," ujarnya.
Beban yang dibawa oleh Tipa biasanya 50 kilogram sekali panggul. "Beratnya ya 50-60 Kg, kalau 70 Kg sekarang ibu ndak kuat, dulu masih bisa," paparnya.
Ia juga mengaku bahwa penghasilan yang didapatkan selama sehari tidak bisa mencukupi kebutuhannya. "Kalau 3 ribu dikali 4 panggul, ya 12 ribu. Ndak cukup untuk sehari, naik lyn 10 ribu bolak-balik. Ya bagaimana lagi, keaadaannya begini," keluhnya.
Baca juga: Arus Peti Kemas TPS Naik 9,77 Persen Hingga Oktober 2024, Ekspor-Impor Tetap Stabil
Adanya pandemi semakin mempengaruhi pekerjaan Tipa. "Musim Corona orang jualan nggak laku, ya nggak kulakan," jelasnya.
Mulai pukul 07.00 WIB, Tipa sudah menjalankan pekerjaannya di Pasar Pabean. "Kalau ada muatan kita (kuli panggul) langsung lari," ceritanya.
Meskipun usianya sudah menua dan merasakan sakit di badannya, Tipa tetap bekerja karena tidak punya pekerjaan lain.
Baca juga: BBJT Gelar Festival Teater Berbahasa Daerah, 20 SMA/SMA dan Sanggar Adu Akting
"Sakit semua badannya. Ini (lututnya) sakit. Meskipun sakit tetap kerja. Ya apa lagi, nanti makan apa. Kalau sakit nanti yang beli obat kan tambah ndak punya," tutupnya.
Reporter: Shella Shofiyannajah