Ponorogo - Tumpukan sampah di Tempat Pembungan Akhir (TPA) meresahkan warga Desa Mrican, Kecamatan Jenangan, Kabupaten Ponorogo. Bukan hanya sudah overload, air limbah dari sampah juga mencemari sungai dan mengalir ke persawahan warga. Akibatnya, warga mengalami gatal-gatal dan gagal panen.
TPA Mrican merupakan tempat pembuangan sampah terakhir di Bumi Reog. Luasnya sekitar 2 hektare. Setiap harinya, sampah yang masuk ke TPA Mrican mencapai 70-90 ton. Tumpukan sampah pun tampak menggunung. Hingga kini, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Ponorogo belum memperluas TPA Mrican.
Di sebelah tumpukan sampah, ada sungai yang mengalir di Desa Mrican. Airnya terlihat hitam pekat. Air sungai juga mengalir ke sawah warga setempat. Hal itulah yang banyak dikeluhkan warga.
Baca juga: TPA Klotok Overload, Pemerintah Kota Kediri Siapkan Lahan Baru Seluas 6 Hektare
Salah satu warga, Suyitno (59) mengaku sudah 3 tahun ini mengalami gatal-gatal. Semua obat salep sudah dicoba, namun tidak mempan.
"Saya kalau mau ke sawah akhirnya mengolesi dengan solar. Semua obat tidak mempan," ujar Suyitno, Kamis (31/3/2022)
Suyitno mengatakan, air yang masuk ke sawahnya juga tercampur limbah maupun plastik. Dulu sempat ada limbah medis berupa suntik. Saat ini yang paling banyak adalah popok dewasa dan bayi.
Baca juga: TPA Pakusari Jember Terima 197 Ton Sampah Per Hari, Jumlahnya Terus Naik
Selain gatal-gatal, petani juga gagal panen. Saat ini banyak padi yang fuso. Seperti sawah milik Suyanto. Dia mempunyai sawah 2 kotak.
"Dulu sebelum tercemar, sawah saya itu dua kotak hasilnya 18 kuintal. Sekarang cuma 9 kuintal. Hanya 50 persen kan," tegasnya.
Kepala Desa Mrican Adi Purnomo Sidiq membenarkan hal tersebut. Sampah yang overload cukup berdampak. Banyak sampah yang terperosok ke sungai. Berdasarkan laporan, sawah yang gagal panen sekitar 20 hektare. Jika dipersentasekan sekitar 50 persen dari total lahan yang ada.
Baca juga: Pengelolaan Bank Sampah dengan Sistem Informasi Manajemen Berbasis Teknologi
Sidiq menjelaskan, tumpukan sampah di TPA Mrican sudah menjadi permasalahan tahunan. Pemkab Ponorogo sempat melakukan perluasan. Beberapa tahun lalu sudah terealisasi. Dari 4 hektare yang diminta, hanya terealisasi 1 hektare. Tetapi perluasan lahan itu tidak untuk pembuangan sampah. Melainkan untuk Intstalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT).
"Warga sudah kecewa. Hujan agak deras, airnya hitam pekat. Makanya kalau bisa minta lahan lagi," pungkasnya.