Kediri - Sebanyak 34 pengerajin tahu terlihat berjajar sepanjang kurang lebih 2 Kilometer di Kelurahan Tinalan, Kota Kediri. Hanya berjarak 5 Kilometer di timur pusat Kota Kediri. Orang menyebutnya Kampung Tahu.
Jauh sebelum diresmikan oleh Pemerintah Kota Kediri sebagai Kampung Tahu di tahun 2019, geliat bisnis tahu di Tinalan gang 4 ini sudah ada sejak 1954. Saat ini, mereka umumnya adalah generasi ketiga.
"Berdirinya tahu yang saat ini dikenal dengan Kampung Tahu, ini sebenarnya sudah lama sekali. Mulai ada tahu di sini itu sekitar tahun 1954,” kata Jamaludin, Ketua Paguyuban Kampung Tahu, Minggu (29/5/2022).
Baca juga: Tak Hanya Surabaya, Negara Ini Punya 9 Kota Pahlawan
Saat itu, Kampung Tahu diawali oleh Markam, kakek Jamaludin, dari Tulungagung yang merantau ke kampung itu karena ekonomi.
Sebelum memulai jualan tahu, Markam berjualan tempe gembos yang berbahan dasar ampas tahu. Namun, rupanya itu hanya siasat Markam untuk mencari informasi cara membuat tahu dari warga Tionghoa di kawasan pecinan Kediri.
Tahu ini ada dua versi, pertama dari warga Tionghoa dan yang versi kedua dari warga pribumi. Pada saat itu, mencari informasi soal cara membuat tahu Tionghoa sulit, karena memang pada waktu itu tidak boleh masuk.
"Akhirnya kakek saya, istilahnya pada waktu itu untuk cari informasi soal tahu di Kota Kediri ini, dengan jualan tempe dulu. Tempe gembos dari ampas tahu, akhirnya bisa masuk ke lokasi, tempat produksinya. Ooo..caranya buat tahu itu seperti ini, seperti itu,” tutur Jamal, generasi ketiga dari Markam.
Sejak saat itu, Markam mengajak teman-teman, adik dan keponakannya untuk membuat tahu di sini dengan gilingan batu. Dia mengotak-atik sendiri metode pembuatan tahu tersebut.
Awalnya, Markam menjual tahu putih atau tahu sayur dengan berkeliling menggunakan sepeda onthel ke kampung-kampung. Aktivitas itu dilakukan selama bertahun-tahun sebelum akhirnya berubah ke tahu kuning atau yang dikenal dengan tahu takwa. Tahu takwa kini menjadi ikon Kota Kediri.
Takwa berasal dari nama Suku Hokkian yang bermukim di Kediri saat itu, namanya ‘Kwa’. Karena pelafalan yang sulit warga Kediri menyebutnya Takwa. Sementara warna kuning berasal dari kunyit.
Sementara itu, Jamaludin mulai bergelut dengan tahu sejak 1994. Dia mewarisi bisnis kakek dan orang tuanya.
Awalnya dia menitipkan dagangannya di agen pusat oleh-oleh Jalan Yos Sudarso yang juga dikenal dengan pusatnya tahu dari Tionghoa di Kediri. Hingga akhirnya Jamal berdiri sendiri dengan merk Tahu Takwa 99, setalah mendapat bimbingan Pemerintah Kota Kediri soal perizinan.
"Karena perbedaannya sangat jauh dari saya pengerajin dengan harga jual di sana akhirnya saya memutuskan untuk menjual sendiri, dan akhirnya berkembang sampai saat ini,” terang Jamal.
Kini banyak orang mengenal Kampung Tahu. Berbeda dengan pusat oleh-oleh di kawasan pecinan, di sini wisatawan bisa merasakan sensasi melihat langsung proses produksi pembuatan tahu.
Baca juga: Napak Tilas Misteri Jejak Islam Pertama Kali Masuk Sidoarjo
Proses Pembuatan Tahu Takwa
Tahu di buat dari kedelai-kedelai pilihan. Pembuatannya diawali dengan merendam kedelai itu di dalam air selama sehari semalam. Kedelai kemudian dicuci bersih dan digiling hingga berbentuk bubur tahu.
Bubur tahu kemudian di masak dalam kuali besar dengan api dari kayu bakar hingga mengental. Biasanya sekitar 15 menit tergantung api.
Selanjutnya bubur tahu yang sudah dimasak disaring untuk memisahkan ampas kulit dan sari kedelai. Sisa ampas lalu dibuang. Sementara sari kedelai tersebut dilakukan fermentasi.
Dari proses itu terbentuklah endapan atau gumpalan tahu yang kemudian dicetak kotak-kotak dengan alat cetak pres untuk benar-benar menghilangkan airnya. Agar tahu lebih padat dan tidak mudah hancur.
Setelah tahu putih terbentuk, kemudian direbus menggunakan kunyit sehingga jadilah warna kuning pada tahu takwa.
Baca juga: Presiden Sukarno Pernah Sekolah di Sidoarjo, Sudah Tahu?
Sejarah Tahu di Kediri
Imam Mubarok, sejarawan Kediri mengatakan, tahu merupakan salah satu produk yang dibawa oleh warga Tiongkok melalui jalur rempah di Sungai Brantas sepanjang 320 Kilometer, dimana salah satu lintasannya berada di Kediri.
Menurut pria yang akrab disapa Gus Barok itu, pusat perdagangan di masa itu ada di Jongbiru sebagai pelabuhannya.
“Di era itu banyak pedagang-pedagang dari Cina, penulis sejarah dari Cina datang ke Kediri. Salah satunya mereka membawa produk yang sebenarnya mereka buat di Cina yakni Tahu atau Tofu,” kata Gus Barok.
Salah satu warga Tiongkok yang mengawali berdirinya pabrik tahu di Kediri adalah Lauw Soe Hoek atau disebut Bah Kacung.
Pabrik tahu Bah Kacung yang dirintis sejak tahun 1912 itu masih eksis dari generasi ke generasi. Lokasinya berada di Jalan Trunojoyo, Kelurahan Pakelan Kota Kediri.
Tak hanya tahu takwa, saat ini tahu sudah diolah dengan beragam olahan seperti stik tahu, tahu walik, coklat tahu dan beragam olahan lainnya.