Gresik - Pertamina Hulu Energi West Madura Offshore (PHE WMO) berhasil mereplikasi kegiatan Budidaya Jamur Tiram di Desa Sidorukun, Kabupaten Gresik. Budidaya ini memanfaatkan limbah domestik yang ada di pemukiman warga.
Program budidaya jamur ini sebelumnya sudah dilakukan Kelompok Usaha Bersama (Kube) Fleurir di RW 04. PHE-WMO memperluasnya ke wilayah RW 03 Desa Sidorukun tahun ini, dengan menggunakan media baglog.
Serah terima program dilakukan PHE-WMO kepada pihak desa di kantor Kepala Desa Sidorukun pada 14 Juni 2022.
Baca juga: PHE WMO Serahkan 1.000 Paket Sembako pada Pj Bupati untuk Korban Banjir
"Kami berharap program ini dapat membantu warga Desa Sidorukun. Dampak pandemi Covid-19 kemarin mengakibatkan banyak orang kehilangan mata pencaharian. Semoga seluruh pihak di Desa Sidorukun mendukung keberhasilan program ini agar manfaatnya dapat merata dan dirasakan seluruh warga setempat," kata Field Manager PHE WMO, Sapto Agus Sudarmanto melalui siaran tertulisnya, Kamis (16/6/2022).
Sementara Kepala Desa Sidorukun, Djuli Aspug menjelaskan budidaya jamur sudah menggunakan empat ribu baglog, sehingga warga bisa memproduksi 20 kilogram jamur per hari, dengan rata-rata penghasilan Rp400 ribu per hari.
"Hasil ini diharapkan dapat memenuhi permintaan pasar-pasar tradisional di Gresik, dan bahkan mall-mall di Gresik," jelasnya.
Jamur yang diproduksi bisa diolah menjadi produk olahan, seperti jamur krispi, sempol jamur, manisan jamur, dan lainnya. Saat ini kelompok masih dalam masa inkubasi 4000 baglog, dan diharapkan pada 120 hari ke depan sudah dapat dilakukan panen yang pertama.
Baca juga: Menengok Kampung Jamur di Banyuwangi, Raup Omzet Rp360 Juta Per Bulan
Tingginya permintaan pasar dan terbatasnya hasil produksi di Kube Fleurir membuat ada peluang pasar yang bisa dijangkau dengan replikasi program, khususnya Kube Jatim (Kelompok Usaha Bersama Jamur Tiram).
Ini juga menjadi media untuk pembelajaran, melakukan kegiatan wisata edukasi petik jamur yang terbuka bagi institusi baik pendidikan serta dinas seperti di Desa Sidorukun.
Budidaya jamur tiram menggunakan baglog adalah metode yang relatif mudah dan terjangkau. Perawatannya tak begitu susah dan memanfaatkan daur ulang air limbah. Ada dua tandon IPAL (Instalisasi Pengolahan Air limbah) domestik yang masing-masing memiliki kapasitas 2200 liter dan 1100 liter. Tandon ini menampung limbah domestik dari 116 kepala keluarga di wilayah RW 03 Desa Sidorukun.
Hasil pengolahan air limbah tersebut dimanfaatkan oleh warga untuk menyirami tanaman dan budidaya jamur. Selain itu, air limbah bisa dimanfaatkan untuk menjaga kelembaban suhu di dalam kumbung jamur, dengan menggunakan alat nozle spray.
Baca juga: PHE WMO Kembangkan 2 Inovasi Baru, Tingkatkan Produksi Garam di Bangkalan
Dua bak kontrol yang berisikan koral, pasir, arang batok kelapa dan ijuk. Bak kontrol pertama terhubung dengan bak kontrol lainnya dengan memanfaatkan pompa water jet melalui pipa 4 inci untuk memompa air ke tandon air 1100 liter.
Dari dua tandon ini, air dipompa melaluhi dua tabung filter yang berisikan karbon aktif, pasir silikam dan manganese ke tandon air 2200 liter.
"Kami berterima masih sekali kepada PHE WMO yang selama ini memiliki banyak kepedulian di Sidorukun. Apa yang sudah diberikan semoga terus memberikan manfaat dan keberkahan, dan semoga semangat teman-teman bisa saling menularkan satu dan lainnya," kata Djuli Aspug.