jatimnow.com - Keluarga almarhum Mulyono untuk kesekian kalinya mendatangi Mapolres Ponorogo, Jumat (13/7/2018).
Mereka mempertanyakan pengembangan kasus dugaan pembunuhan terhadap anak mereka Mulyono. Padahal kasus tersebut sudah masuk mulai bulan Februari 2018 lalu.
"Hingga kini belum ada tersangka. Padahal menurut saya kasus ini merupakan kasus pembunuhan," kata Kadimun, salah satu keluarga korban, kepada jatimnow.com, Jumat (13/7/2018).
Baca juga: Diskominfo Ponorogo Kebanjiran, Arsip Penting dan Elektronik Turut Terendam
Ia mengatakan demikian, bukan tanpa alasan. Karena melihat ada goresan di pipi keponakannya Mulyono.
"Saya disini minta keadilan. Keluarga masih belum terima. Kok kasusnya tidak selesai-selesai. Semoga dituntaskan secara adil," terangnya.
Di sisi lain, pengacara dari keluarga Mulyono, Didik Yulianto, berkeyakinan bahwa Mulyono dibunuh bukan karena sakit jantung. Apalagi saat pra-rekonstruksi ada yang mengaku membawa tali.
"Kan pra rekonstruksi Maret lalu ada yang sudah mengaku membawa tali. Kemudian mengikatnya. Itu kan satu bukti," kata Didik.
Apalagi, lanjut ia, hasil dari otopsi, banyak resapan darah yang berasal dari benda tumpul. Berarti ada unsur kesengajaan.
"Ya saya minta ada keterbukaan terhadap kasus ini. Kalau tetap berlarut-larut, kami kirim surat ke Kapolri," tegasnya.
Baca juga: Laskar Kamil, Bantahan Ketua KPU Sidoarjo, Dana BOS SMK 2 PGRI Ponorogo
Sementara itu, Wakapolres Ponorogo Kompol Suharsono, menampik jika penanganan kasus itu dianggap berlarut-larut. Menurutnya semua kasus harus lah cukup alat bukti.
"Kita gak mungkin mengada-ada jika barang bukti tidak kuat. Kami sudah melakukan upaya-upaya untuk cepat mengungkap kasusnya," katanya.
Ia mengaku, kini pihak Sat Reskrim Polres Ponorogo sedang menyinkronkan semua alat bukti yang ada, termasuk meminta keterangan saksi ahli.
Kasus ini sendiri bermula dari peristiwa seorang pemuda di Ponorogo yang diikat sampai meninggal, pada Sabtu (3/2/2018) malam. Ia adalah M. Mulyono (35) warga Desa Bediwetan, Kecamatan Bungkal, Kabupaten Ponorogo.
Baca juga: Tanah Longsor Tutup Akses Jalan Madiun ke Telaga Ngebel Ponorogo
Awalnya, Mulyono menggedor pintu rumah Marlohi, salah seorang warga setempat. Namun, tidak dibukakan oleh tuan rumah.
Bapak Mulyono, Wateni dan saudaranya, Kadimun kemudian menenangkannya. Demikian pula dengan beberapa warga lainnya juga ikut. Karena merasa korban tenang, Wateni mengambil borgol di tempat kepala desa.
Namun, alangkah kagetnya ia lantaran selang 20 menit dirinya kembali, korban sudah tidak bernyawa. Yang mengejutkan lagi ada seperti luka lebam di pelipis matanya
Reporter: Mita Kusuma
Editor: Erwin Yohanes