Kediri – Upacara bertajuk Manusuk Sima kembali digelar di Taman Tirtoyoso, Kota Kediri, Rabu (27/7/2022). Simbol pemberian tanah bebas pajak dari Kerajaan Mataram Kuno yang tertulis dalam Prasasti Kwak itu sekaligus menjadi napak tilas lahirnya Kota Kediri yang kini genap berusia 1443 tahun.
Prosesi diawali dengan arak-arakan Prasasti Kwak, dilanjutkan dengan persembahan Tarian Budoyo Manusuk Sima, karya dari para penari Sanggar Budaya Nusantara, yang merupakan tari penyambutan.
Baca juga: Foto: Prosesi Manusuk Sima, Tradisi Kenang Hari Jadi Kota Kediri
Diwarnai doa-doa oleh para sesepuh, Prasasti Kwak ini kemudian diserahkan kepada Wali Kota Kediri, Abdullah Abu Bakar.
“Manusuk Sima ini setiap tanggal 27 Juli diadakan di Kota Kediri untuk memperingati Hari Jadi Kota Kediri yang di mana sudah dimulai dari zaman kerajaan dahulu. Informasi berdirinya Kota Kediri ini berasal dari Prasasti Kwak yaitu pada Senin Legi 27 Juli tahun 879 Dusun Kuwak ditetapkan sebagai tanah sima atau daerah pardikan,” jelas Abdullah Abu Bakar.
Sejak masa lampau, lanjut Mas Abu, sapaan akrabnya, tanah Kuwak Kediri sangat subur karena dialiri Patirtan Tirtoyoso. Karena kesuburan dan letaknya yang strategis, Kediri menjadi salah satu pusat peradaban dan perputaran ekonomi sejak masa lalu.
Baca juga: Lepas 1144 Burung Perkutut di Upacara Manusuk Sima, Mas Abu Selipkan Pesan Soal Lingkungan
Sampai sekarang, lanjut Mas ABu, Kota Kediri masih diberkahi. Perekonomian juga masih berjalan dengan baik.
Bila pada zaman dahulu di daerah merupakan daerah pertanian, pusat bertemunya orang, namun sekarang Kota Kediri menjadi pusat pendidikan, pusat perekonomian yang ada di Karisidenan.
“Maka, sudah menjadi kewajiban kita menguri-uri budaya Manusuk Sima ini sebagai wujud syukur pada Tuhan Yang Maha Esa atas anugerah yang diberikan untuk Kota Kediri,” jelasnya.
Hari Jadi Kota Kediri ke-1143 ini mengambil tema Bangkit Bareng. Tema itu diambil dengan harapan bisa membawa Kota Kediri bangkit dari pandemi Covid-19.