Surabaya - Ketua DPD Indonesian Professional Speakers Association (IPSA) Bawinda Lestari meraih gelar doktor psikologi dari Universitas Surabaya (Ubaya) dengan predikat sangat memuaskan.
Gelar itu berhasil diraihnya setelah mempertahankan disertasi yang berjudul "Model Kecemasan Berbicara di Depan Umum Pada Mahasiswa: Dipengaruhi Efikasi Diri, Persepsi Kompetensi Komunikasi dan Respon Audiens Melalui Berfikir Positif Sebagai Mediator".
Sidang promosinya digelar di ruang serbaguna Fakultas Psikologi Ubaya, Jalan Kalirungkut, Surabaya, Jumat (19/8/2022). Sementara itu Promotor Prof Ir Joniarto Parung, Ko promotor Dr Frikson C Sinambela.
Baca juga: Kepala Bakomstra Herzaky Beber Kunci Kesolidan Partai Demokrat Pascakrisis KLB
Bawinda menjelaskan, latar belakang penelitiannya itu merupakan milestone (capaian perjalanan karirnya), sehingga dia tertarik meneliti sebagai tutor pelatihan komunikasi efektif dan personality development, di mana public speaking adalah satu dari bagian keseluruhan fitur yang ada dalam ilmu komunikasi.
"Berbicara di depan umum, atau berbicara di depan orang banyak menyampaikan ide, gagasan, masukan baik itu lingkup ilmiah atau akademik menyampaikan pandangan pribadi atau kelompok. Membagikan kajian-kajian keilmuan di pentas-pentas akademik dan pendidikan lainnya," jelasnya.
Bawinda mengatakan, semasa penelitian melanjutkan studi S2 Magister Psikologi, hasrat dan minat mendalami fenomena kecemasan berbicara di depan umum di kalangan mahasiswa S2, semakin menguat. Rasa ingin tahu inilah yang dibawa ke jenjang studi S3 di Fakultas Psikologi Ubaya.
"Sejak semester pertama, sudah menyusun dan merancang tools untuk melakukan penelitian, khususnya dengan membidik kalangan mahasiswa/mahasiswi psikologi profesi (S2)," jelas perempuan yang juga menjabat Kepala Pusat Pelayanan Psikologi Universitas 17 Agustus 1945 (Untag) Surabaya itu.
Sehingga eksekusi penelitian itu dilakukan ketika ide sudah ditemukan. Selanjutnya adalah menyusun strategi untuk merancang piranti pendukung sebagai sarana mengumpulkan bahan-bahan awal.
Misalnya membuat pertanyaan, baik yang bersifat kualitatif dan kuantitatif. Daftar pertanyaan inilah, kalau dalam studi psikologi adalah satu di antara alat untuk mencari jawaban terhadap berbagai masalah umum sampai hal khusus yang terjadi saat mahasiswa berbicara di depan umum.
Di saat yang bersamaan, dirinya juga mencari referensi di berbagai literatur dan jurnal nasional dan internasional tentang kecemasan secara umum, dan kecemasan berbicara di depan umum.
Dalam penjelajahan di antara buku-buku dan jurnal, cukup banyak pembahasan yang mengulas tentang kecemasan berbicara di depan umum.
Baca juga: Manajemen FEB Unitomo Surabaya Kukuhkan Doktor Baru, Rektor Sampaikan Pesan Ini
Penelitian ini dimulai dengan membuat judul sebagai upaya mempertajam kajian dalam upaya menemukan permasalahan umum, haI-hal penyebab khusus, fenomena atau bentuk kecemasan apa saja yang terjadi, faktor-faktor pemicu kecemasan berbicara di depan umum, bentuk solusi yang bisa diberikan untuk meredakan atau mengendalikan kecemasan itu, dan masukan kepada pelatih (mentor/coach public speaking).
Berkat bimbingan dan arahan Promotor Profesor, Joniarto Parung, dan Copromotor, Dr. Frikson C. Sinambela, akhirnya peneliti mendapatkan judul tersebut.
Menurut Bawinda, mengutip sejumlah literatur dan jurnal, 73% populasi di Amerika Serikat mengalami kecemasan berbicara di depan umum. Mahasiswa psikologi profesi (S2) juga mengalami hal yang sama, mereka cemas ketika diminta berbicara di depan umum.
Kondisi ini oleh banyak penelitian sebelumnya dikatakan bisa menghambat pergaulan, kehidupan sosial, ekonomi, politik, serta aktivitas akademik.
Subyek penelitian, 533 mahasiswa psikologi profesi di seluruh Indonesia. Pengumpulan data dilakukan secara daring, karena pandemi Covid-19, dan kemudian dilakukan analisis menggunakan Structural Equation Modeling (SEM).
Dalam kurun waktu relatif singkat, berbagai jawaban dari responden berhasil digali dan dikumpulkan. Saat pembahasan bersama promotor dan copromotor, muncul kritikan dan berbagai catatan supaya dilakukan pendalaman atau cek-ulang.
Baca juga: Bupati Lumajang Thoriqul Haq Raih Doktor di Universitas Brawijaya Malang, Selamat!
"Simpulan mahasiwa psikologi profesi (S2) memiliki tingkat berpikir positif yang tinggi, dan cenderung mengalami kecemasan ketika berbicara di depan umum. Kesimpulannya bahwa mahasiswa psikologi profesi (S2) memiliki persepsi kompetensi komunikasi dan efikasi diri yang tinggi. Akibatnya, cenderung berpengaruh negatif terhadap kecemasan berbicara di depan umum," ungkapnya.
"Implikasi penelitian ini adalah, pihak penyelenggara pendidikan magister psikologi profesi (S2) perlu memfasilitasi program pembelajaran yang dapat meningkatkan persepsi kompetensi komunikasi, berpikir positif, dan efikasi diri para mahasiwa psikologi profesi (S2). Dengan demikian diharapkan bisa membantu para mahasiswa menurunkan tingkat kecemasan berbicara di depan umum," sambung Bawinda.
Sementara Ketua Program Studi Doktor Psikologi Ubaya, Prof. Dr. Yusti Probowati mengakui bahwa disertasi yang dilakukan Bawinda merupakan topik yang terbaru dan mendapatkan penilaian sangat memuaskan.
"Sebenarnya disertasi itu bisa diangkat dari masalah sederhana, misalnya kecemasan orang bicara di depan umum yang diangkat oleh Mbak Winda ini yang dengan latar belakangnya sebagai presenter, sehingga tema sederhana bisa dibuat ilmiah dengan bahasan yang mendalam," ungkapnya.