Surabaya – Mahasiswa Universitas Surabaya (Ubaya) kembali melahirkan inovasi. Kali ini berupa mie berbahan dasar tempe dan daun sengkubak (daun kemangi imbo). Makanan tersebut merupakan karya dua mahasiswi Program Kekhususan Bionutrisi dan Inovasi Pangan Fakultas Teknobiologi Ubaya Victoria Diana Indah Lestari dan Audrey Layana Tjahyadi.
Daun sengkubak atau daun kemangi imbo dengan nama latin Pycharrhena cauliflora (Miers) banyak tumbuh di daerah perhutanan Kalimantan Barat. Biasanya digunakan masyarakat suku Dayak sebagai penyedap alami masakan.
"Selain tinggi protein, inovasi yang dinamai mie tebak itu memiliki rasa khas yang gurih dihasilkan dari daun sengkubak. Kebetulan kami berdua juga suka makan mie. Karena itu, kami ingin membuat mie dari tempe dan daun sengkubak yang tinggi protein supaya lebih bergizi,” ujar Ketua tim Victoria, Kamis (14/9/2022).
Baca juga: Dilantik Anggota DPRD Surabaya, Putra Blegur Prijanggono Ditunjuk jadi Ketua Fraksi Golkar
Dipilihnya bahan baku tempe sebagi bahan utama karena memiliki protein tinggi. Berdasarkan Tabel Komposisi Pangan Indonesia tahun 2017, kadar protein tempe kedelai murni mentah sebesar 20,8 gram per 100 gram.
Mahasiswi lulusan SMA Katolik St Louis 1 Surabaya itu mengatakan, protein tinggi didapatkan dari tempe yang diolah menjadi tepung komposit. Sedangkan untuk meningkatkan cita rasa gurih, bahan mie ditambahkan bubuk daun sengkubak.
“Berdasarkan penelitian terdahulu, daun ini memiliki kandungan senyawa asam asetat, butyl ester (C16H12O2) dan beta citronellol (C10H20O) sehingga dapat menjadi pengganti MSG (Monosodium glutamate),” jelas Victoria.
Victoria berharap inovasi yang dilakukannya bersama temannya bisa memberikan manfaat dalam inovasi pangan era modern.
“Harapannya produk kami menjadi preferensi masyarakat dalam mengonsumsi mie yang sehat dan bergizi,” pungkasnya.
Sementara itu, Audrey menambahkan perbandingan kandungan protein pada mie berbahan 100 persen tepung terigu dengan mie tebak dengan perbandingan sebesar 1,6 persen dan protein 4 persen lebih tinggi, yaitu sebesar 5,6 persen.
Baca juga: Ramadan Berkah, Ikatan Alumni Universitas Surabaya Berbagi di 7 Panti Asuhan
“Jadi dapat dikatakan apabila seseorang mengonsumsi mie tebak, ia juga akan mendapat tambahan protein yang lebih tinggi dibandingkan mengonsumsi mie biasa,” imbuh mahasiswi semester 8 itu.
Untuk menemukan komposisi bahan mie tebak yang tepat membutuhkan waktu selama 2-3 minggu. Mereka membuat tiga macam rasio formulasi untuk pembuatan mie tepung tempe dan penambahan bubuk daun sengkubak.
Pada awal percobaan, mie terasa pahit karena takaran tepung tempe yang kurang pas. Setelah berkali-kali mencoba, akhirnya mereka menemukan rasio 82 persen tepung terigu, 15 persen tepung tempe dan 3 persen daun sengkubak menjadi takaran yang tepat untuk membuat mie yang layak dikonsumsi.
"Pembuatan mie tebak membutuhkan waktu 2 hari. Proses dimulai dari mengeringkan tempe dan daun sengkubak menggunakan cabinet dryer," urainya.
Baca juga: Teknik Fotografi Lighting Penentu Laris Tidaknya Produk E-Commerce
Kemudian tempe dan daun sengkubak yang kering dihaluskan menggunakan food processor. Tahapan dilanjutkan ke pembuatan mie. Tepung tempe, bubuk daun sengkubak, dan tepung terigu dicampur.
"Kemudian, campuran tersebut diuleni menjadi adonan yang siap digiling menjadi mie. Setelah itu, mie direbus hingga matang dan siap dimakan," jelasnya.
Dekan Fakultas Teknobiologi Ubaya Dr rer nat Sulistyo Emantoko Dwi Putra SSi MSi menambahkan, inovasi ini menjadi salah satu kompetensi yang diajarkan di Fakultas Teknobiologi Ubaya.
“Mahasiswa didorong untuk menghasilkan suatu produk yang bisa digunakan masyarakat luas. Mie dari tempe dan daun sengkubak menjadi bukti mahasiswa dapat menciptakan inovasi yang memanfaatkan sumber daya alam lokal,” jelas Sulistyo.