jatimnow.com - Enceng gondok yang tumbuh di aliran sungai (kali) Dinoyo, Kabupaten Lamongan mengganggu keberlangsungan aktivitas nelayan anco.
Padahal, belasan nelayan anco yang berjejer di sepanjang Desa Dinoyo sampai Desa Sidomulyo, Kecamatan Deket itu menggantungkan hidup dengan perolehan hasil ikan.
"Terganggu (enceng gondok) nggak bisa nganco. Kebanyakan ya nganggur dulu kalau musim sekarang, tapi ada seperti saya yang masih nganco karena memang pekerjaan utama," papar nelayan anco, Pendi (74), Selasa (31/1/2023).
Baca juga: Menikmati Bakso Kapok di Lamongan, Rp15 Ribu Ambil Sepuasnya
Dampak enceng gondok disebut terjadi sepanjang tahun tanpa adanya solusi dan penanganan oleh pihak terkait. Hanya kesadaran yang dilakukan para nelayan dengan cara gotong royong untuk membersihkan enceng gondok.
"Enceng gondok ya nggak ada istilah musiman, sepanjang tahun seperti ini. Ini (pembesihan) berkat kesadaran nelayan. Ya pasti (enceng gondok) merugikan nelayan," ujar nelayan lain Suwarno (68).
Baca juga: Hujan Angin Terjang Lamongan, Rumah hingga Pasar Rusak
Saat disinggung penghasilan, mereka mengaku hanya mengantongi penghasilan Rp20 sampai Rp25 ribu per harinya sepanjang musim peralihan atau dari kemarau ke penghujan. Pada musim hujan seperti saat ini makin parah lantaran enceng gondok makin menyebar.
"Anjlok, kalau hari biasa dan musim ikan ya bisa mencapai Rp100 ribu sampai Rp150 ribu per hari," tambah Suwarno.
Pekerjaan nelayan anco kebanyakan dilakoni para lansia. Sebab di usia yang senja mereka tak mau berpangku tangan dan memilih hidup mandiri.
Baca juga: Pintu Air Kuro Lamongan Dibuka untuk Penuhi Kebutuhan Petambak
Sementara itu, Kabid Operasi dan Pemeliharaan, Dinas Pekerjaan Umum Sumber Daya Air Lamongan, Saiku menyampikan bahwa program gerakan perahu sikat enceng gondok (Garpu Sendok) memang belum maksimal.
"Untuk Kali Dinoyo atau di area Kecamatan Deket terhambat dengan rendahnya jembatan penyebrangan desa dan air tenang. Itu membuat perahu pencacah kurang optimal," terang Saiku.