jatimnow.com - Unicef memberi apresiasi beberapa sekolah swasta di Surabaya yang turut mewujudkan kota layak anak dunia. Sekolah-sekolah itu berinisitif untuk mengisi jeda antara selesainya penilaian akhir dan waktu kelulusan dengan kegiatan yang mendukung terwujudnya kota layak anak.
Tradisi baik dan fenomena acara kelulusan di institusi pendidikan itu mendapatkan apresiasi Perwakilan Unicef di Surabaya. Kegiatan itu antara lain kompetisi olahraga, seni dan musik, class-meeting serta kampanye sadar jender, aman berinternet dan pelatihan anti-perudungan merupakan inisiatif yang tepat dalam mempersiapkan lulusan SD dan SMP di Surabaya.
"Langkah itu untuk menempuh jenjang pendidikan selanjutnya lewat keahlian abad XXI yang sesuai dengan tuntutan zaman," kata Chief of Java Field Office Unicef Indonesia yang mengepalai perwakilan Unicef di Jawa dan Bali, Tubagus Arie Rukmantara, Rabu (14/6/2023).
Baca juga: Pemprov Jatim dan Unicef Perkuat Sistem Safety Online bagi Anak
Ia melanjutkan, pada 2019 lalu Unicef bekerja sama dengan Oxford Policy Management melakukan survei tentang kecakapan abad XXI kepada anak-anak Indonesia.
Hasilnya, bahwa anak Indonesia merumuskan istilah 6C. Yakni character (karakter), citizenship (kewarganegaraan), critical thinking (berpikir kritis), creativity (kreatif), collaboration (kolaborasi), dan communication (komunikasi) adalah keahlian yang mereka butuhkan untuk berhasil di masa depan.
Arie menambahkan, soft skills atau keahlian baru tersebut sesuai dengan visi Wali Kota Surabaya yang ditegaskan pada HUT ke-730 Kota Surabaya 31 Mei yang lalu. Wali Kota Eri Cahyadi dalam pidatonya menegaskan bahwa tujuan Surabaya adalah menjadi Kota Global, Maju, Humanis dan Berkelanjutan.
Pemkot pun menggandeng Unicef untuk mendaftarkan Surabaya sebagai anggota Child-Friendly City Initiative atau CFCI atau Kota Layak Anak Dunia.
Baca juga: Mengurus Akta Kelahiran di Trenggalek Bisa Dilakukan di Faskes, Ini Alurnya
“Ada contoh baik seperti dilakukan SMP Santa Maria Surabaya berinisiatif mengadakan pelatihan Online Child Sexual Exploitation and Abuse (OCSEA) atau kursus pencegahan kekerasan di ranah daring bagi anak untuk seluruh siswa-siswinya yang akan lulus. Harapannya mereka akan lebih mampu melindungi diri dalam berinteraksi di dunia maya dan bijak menggunakan media sosial,” jelasnya.
Inisiatif seperti ini, lanjutnya, penting dilakukan karena faktanya, 95% anak usia 12-17 tahun di Indonesia mengakses internet minimal dua kali sehari. Namun, di sisi lain, jika kita tidak berhati-hati, internet juga menyimpan risiko untuk anak-anak dan remaja.
"Satu diantara lima anak menemukan konten dewasa secara tidak sengaja melalui iklan internet, media sosial, mesin pencari. Sedangkan satu diantara tiga anak Indonesia pernah mengirimkan data pribadi mereka ke orang yang belum pernah mereka temui secara langsung. Apabila literasi digital dan kecakapan bermedia sosial tidak ditingkatkan, internet malah akan jadi ruang berbahaya bagi keamanan anak-anak Surabaya,” kata Arie.
Baca juga: UNICEF dan Pemprov Jatim Berikan Digital Skill bagi Remaja di Surabaya
Arie juga mengapresiasi video yang dibuat oleh siswa-siswa Santa Maria Surabaya yang mengirimkan pesan anti-perundungan sambil menegaskan bahwa bullying berdampak fatal bagi anak dan pelajar.
"Kemampuan anak-anak membuat konten positif, akan membuat internet dan media sosial kita semakin positif. Tidak perlu menunggu dewasa dan berkuasa untuk mengubah dunia, mulai dari anak-anak Surabaya yang terus membuat konten positif, maka dunia maya akan lebih aman untuk anak kita semua,” tegasnya.