jatimnow.com - Surabaya Survey Center (SSC) merilis temuan terbaru terkait perilaku pemilih Surabaya jelang kontestasi 2024.
Nama Bupati Sumenep Achmad Fauzi Wongsojudo atau biasa dipanggil Cak Fauzi, menjadi satu-satunya wakil dari Madura yang masuk dalam bursa Pilgub Jatim.
Ini hasil wawancara 1.200 responden di 31 kecamatan di Kota Surabaya. Periode survei dilakukan dalam rentang 20 hingga 30 Juni 2023, dengan tingkat kepercayaan mencapai 95 persen.
Baca juga: Survei SSC: AHY Diminati Warga Jatim jadi Cawapres
Peneliti Senior SSC Ikhsan Rosidi mengatakan, elektabilitas Cak Fauzi untuk bursa Gubernur Jatim memang baru di angka 1,6 persen. Namun, untuk pilihan wakil gubernur, elektabilitas Cak Fauzi meningkat menjadi 4,1 persen.
“Di bursa gubernur, elektabilitas Cak Fauzi baru 1,6 persen. Akan tetapi di bursa calon wakil gubernur, angkanya cukup tinggi, 4,1 persen,” kata Ikhsan, Kamis (13/7/2023).
Menurut Ikhsan, nama Cak Fauzi sudah sangat dikenal. Tokoh muda Madura itu cukup popular di Surabaya. Ikhsan tingginya popularitas Cak Fauzi di Surabaya dampak gerakan yang dilakukan cukup massif.
Baca juga: PDIP Top Survei Surabaya, Ratna: Milenial dan Perempuan Ada di Barisan Kita
“Cak Fauzi popular di Surabaya. Gerakannya masif. Kita banyak melihat baliho, poster, bahkan ada di angkot bertuliskan penerus M Noer (mantan Gubernur Jatim dari Madura),” ungkap Ikhsan.
Namun, Ikhsan menilai belum ada gerakan yang dilakukan untuk menggerakkan suara masyarakat Surabaya untuk memilih Cak Fauzi. Ini alasan yang melatari belum meroketnya elektabilitas Cak Fauzi.
"Belum ada kegiatan yang dilakukan untuk menggerakkan masyarakat Surabaya, menganggap Cak Fauzi layak dipilih. Jadi elektabilitasnya belum terangkat,” ungkap Ikhsan.
Baca juga: Daftar Partai Politik Favorit Perempuan di Surabaya: Gerindra Ungguli PKB
Kendati demikian, Ikhsan menilai elektabilitas yang dimiliki Cak Fauzi di Surabaya bisa menjadi modal. Pasalnya, raihan ini diperoleh Cak Fauzi sebelum melakukan kegiatan teknis yang bisa menggerakkan masyarakat Surabaya.
“Kita tunggu gerakannya apa selanjutnya untuk mengubah popularitas jadi elektabilitas,” kata Ikhsan.