jatimnow.com - Tren batu akik sempat booming di kalangan masyarakat Indonesia. Saat itu, keberadaan perajin akik menjamur dan jasanya diburu oleh komunitas pecinta akik, tak terkecuali di Kabupaten Lamongan.
Saat itu, tren akik mengalami peningkatan pesat hingga merambah kalangan pejabat. Kini pamornya seakan hilang terbawa angin, eksistensinya perlahan terkikis kemajuan zaman.
Fenomena tersebut pun diceritakan salah satu perajin akik Lamongan, M. Suri yang mengaku bahwa pada masa kejayaannya, sekitar 38 perajin akik menjamur dan rekan seprofesinya membuka lapak di seputaran kota Lamongan.
Baca juga: Menikmati Bakso Kapok di Lamongan, Rp15 Ribu Ambil Sepuasnya
Dari 38 perajin, terangnya, kini hanya menyisakan dirinya yang bertahan untuk tetap menjadi perajin akik di seputaran Kota Lamongan.
"Itu dulu, dari 38 perajin kini sekarang tinggal saya saja," ungkap M. Suri saat ditemui di lapaknya Jalan Kusuma Bangsa kawasan Pasar Ikan Lamongan, Kamis (27/7/2023).
Meski begitu, pria asal Desa Manggaan Kecamatan Modung, Kabupaten Bangkalan tersebut tetap bertahan. Ia mengaku penurunan tren disebabkan warga yang mulai bosan akan batu akik.
Baca juga: Hujan Angin Terjang Lamongan, Rumah hingga Pasar Rusak
"Biasa, laku tapi nggak kayak dulu, karena semua orang udah punya tapi yang banyak sekarang yang udah bosen di tukar, jadi nggak beli," bebernya.
M. Suri sendiri membuka jasanya pada 2014 silam, tepat 10 tahun, menekuni usaha batu akik ia tetap bertahan. Alasannya, karena ia masih memiliki pelanggan tetap.
"Perbedaannya, dulu itu digandrungi masyarakat tapi sekarang lebih ke kalangan tertentu untuk kado atau semacam cindramata," urainya.
Baca juga: Pintu Air Kuro Lamongan Dibuka untuk Penuhi Kebutuhan Petambak
Alih-alih murah karena tren menurun, harga akik ini ternyata masih stabil. Mulai ratusan ribu hingga jutaan rupiah.
"Harganya mulai Rp 30 ribu, Rp 700 hingga jutaan. Nilainya dilihat dari jenis dan asal batu, juga dilihat dari isinya qodamnya," pungkasnya.