jatimnow.com - Kemajuan teknologi menjadi tantangan tersendiri dalam dunia seni tari. Para seniman dituntut untuk dapat menampilkan karya di media sosial sebagai salah satu sarana edukasi.
Hal ini diungkapkan seniman Abing Santoso, saat mengisi workshop Nyantrik 5 di Kabupaten Tulungagung. Workhsop ini diikuti oleh puluhan penari dari berbagai daerah sekitar seperti Kediri, Malang, Blitar dan Trenggalek.
Di hadapan peserta workshop, Abing yang juga merupakan seorang content creator ini mengajak peserta untuk membuat konten menari di media sosial. Hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi penari di era digital.
Baca juga: XL Axiata Beri Pelatihan Digital Penyandang Disabilitas di Surabaya
Menurutnya, media sosial harus dapat dimaksimalkan untuk mengenalkan karya tari ke masyarakat.
"Resiko awal pasti di bully netizen, namun hal tersebut jangan sampai menyurutkan semangat teman-taman penari," ujarnya, Minggu (30/07/2023).
Tak hanya memberi motivasi, dosen di Sekolah Tinggi Kesenian Wilwatika (STKW) Surabaya ini juga membuat konten bersama peserta workshop. Mereka diajarkan cara membuat konten menari di media sosial dengan durasi 30 detik.
Baca juga: Program Inkubator, Sambut Tantangan Koperasi di Era Digital
Pemilihan gerak dan lagu menjadi salah satu kunci dalam membuat konten di media sosial.
"Karya tari di media sosial berbeda dengan tari pada umumnya, ini yang harus dikenali oleh seniman tari saat ini," terangnya.
Sementara itu, Ketua Panitia Nyantrik 5, Aulia Amy Renata mengatakan program ini digelar setiap tahunnya. Total peserta tahun ini sebanyak 63 penari dari berbagai daerah.
Baca juga: Digital Fashion Karya Mahasiswa UK Petra Surabaya Dipamerkan, Seperti Apa Sih?
Tahun ini mereka sengaja mendatangkan Abing Santoso agar penari bisa memahami teknik membuat konten di media sosial yang tepat.
Dalam pelaksanaan nyantrik sebelumnya, mereka juga pernah mendatangkan maestro tari Didik Nini Thowok sebagai pemateri.
"Pada prinsipnya kita belajar bersama dengan mendatangkan narasumber yang berkompeten," pungkasnya.