jatimnow.com - Siswa SMK 1 Pemda Ponorogo di Desa Tambang, Kecamatan Pudak merasa prihatin dengan masalah pencemaran sungai akibat pembuangan kotoran sapi yang tidak terkelola dengan baik oleh peternak setempat.
Di Kecamatan Pudak, daerah penghasil susu sapi perah. Populasi sapi meningkat pesat dalam beberapa tahun terakhir. Namun, masalah timbul ketika kotoran hewan ini dibuang secara sembarangan ke sungai karena kurangnya tempat penampungan.
Setiap hari, lebih dari 100 ton kotoran sapi membanjiri sungai, mengubah airnya menjadi keruh dan menyebabkan bau tak sedap. Selain itu, dampaknya merambah ke habitat ikan di sungai yang terancam punah.
Baca juga: SPTP Hadirkan Incinerator Pondok Pesantren Pertama di Indonesia
Namun, 44 siswa SMK 1 Pemda Ponorogo memiliki solusi. Mereka mulai mengambil kotoran hewan dari kandang sapi warga sekitar sekolah. Kotoran ini kemudian diolah menggunakan mesin khusus untuk memisahkan air dari kotoran sapi.
Selanjutnya, untuk meningkatkan nilai gizi dan mempercepat proses fermentasi, mereka mencampurkannya dengan dolomit, sekam, mikroba, dan bioactiva, menjadikannya pupuk organik.
"Banyak peternak tidak memanfaatkan kotoran ini sebagai pupuk karena fokus pada sapi perah mereka yang merupakan sumber utama kotoran ini,” ujar Wahyu Setiono, salah satu siswa, Senin (25/9/2023).
Baca juga: Airlangga Hartarto Temui Petani Milenial Lamongan, Dorong Penggunaan Pupuk Organik
Dengan populasi sapi yang mencapai 10 ribu ekor, sekitar 70 persen kotoran tersebut dibuang ke sungai.
"Namun, upaya kami ini telah berhasil mengubah sekitar 1 hingga 3 ton kotoran sapi setiap hari menjadi pupuk organik," katanya.
Meskipun jumlahnya masih terbatas, mereka telah berhasil mengurangi dampak pencemaran lingkungan dan kerusakan ekosistem sungai.
Baca juga: Soal Dugaan Pencemaran Sungai Keyang Ponorogo, Ini Pernyataan DLH
Imam Subaweh, Ketua Yayasan SMK 1 Pemda Ponorogo, menjelaskan bahwa pembuangan limbah kotoran sapi ke sungai telah menyebabkan masalah serius, termasuk kenaikan kadar humus di kolam yang mengakibatkan produksi biogas yang merusak habitat air.
"Dalam upaya untuk mengurangi pencemaran sungai, pupuk organik yang dihasilkan dari kotoran sapi ini juga dijual dengan harga terjangkau, dan sebagian besar disumbangkan kepada peternak sapi sebagai bentuk sedekah,” pungkasnya.