jatimnow.com - Revitalisasi bahasa dan budaya daerah menjadi hal penting untuk terus dilakukan seluruh elemen anak bangsa. Hal ini selain untuk menjaga bahasa agar tidak punah, juga dapat memperkaya Bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan.
Staf Ahli Bidang Manajemen Talenta Kemendikbudristek Tatang Muttaqin mengungkapkan, ada tiga poin penting dalam menjaga bahasa.
"Pertama mengutamakan bahasa Indonesia, yang kedua melestarikan bahasa daerah, dan yang ketiga tentu menguasai bahasa asing," jelasnya saat memberikan sambutan dalam Gebyar Festival Tunas Bahasa Ibu Balai Bahasa Provinsi Jawa Timur (BBJT), Kamis (9/11/2023).
Baca juga: BBJT Gelar Festival Teater Berbahasa Daerah, 20 SMA/SMA dan Sanggar Adu Akting
Tatang juga menjelaskan, festival ini menjadi salah satu sarana agar bahasa daerah khususnya yang ada di Jatim terus lestari. Setidaknya ada tiga bahasa daerah yang ada di Jatim yakni: bahasa Jawa, Madura, dan Using yang dapat punah jika tidak ada generasi muda yang menuturkan bahasa tersebut.
Ia juga mengapresiasi gelaran Festival Tunas Bahasa Ibu tahun 2023 ini. Menurutnya, festival ini akan memupuk rasa bangga menggunakan bahasa daerah.
"Mudah-mudahan bisa menjadi bagian penting agar tunas bahasa ini dapat terus berkembang," katanya.
Hal ini tentunya sejalan dengan keinginan Kemendikbudristek yang saat ini sedang menyiapkan grand design untuk talenta-talenta muda berpotensi di bidang seni budaya, olah raga dan sience. Melalui Festival ini diharapkan mampu mencetak generasi-generasi baru yang mampu melestarikan budaya melalui bahasa daerahnya masing-masing.
"Selanjutnya juga difasilitasi kalau memang memenuhi persyaratan untuk mendalami bidang tersebut, dan inilah bagian dari grand design manajemen talenta," ungkapnya.
Sementara itu, Kepala BBJT Umi Kulsum mengungkapkan, kegiatan ini menjadi rangkaian untuk merevitalisasi bahasa daerah yang merupakan program Merdeka Belajar Episode 17.
Baca juga: FTBI, Ikhtiar BBJT Lestarikan Bahasa Daerah di Jawa Timur
"Ini merupakan salah satu episode Merdeka Belajar ke-17, jadi kita tidak ingin bahasa yang kita cintai, Bahasa Madura, bahasa Jawa dialek Using, Bahasa Jawa punah," ungkapnya.
Umi juga menjelaskan, bahwa kepunahan bahasa daerah dapat terjadi kapan saja jika sudah tidak ada penuturnya. Ia mencontohkan, Bahasa Sunda dalam 10 tahun terakhir telah kehilangan sekitar 2 juta penuturnya.
Menurut data Unesco, setiap dua minggu ada dua bahasa yang mati. Pengelompokan bahasa sendiri dibagi menjadi beberapa kategori seperti: masih sehat, rentan, kritis, dan mati.
Bahkan, mirisnya, saat ini di wilayah Indonesia Timur sudah ada 10 bahasa yang mati. Hal ini karena tidak ada lagi penutur bahasa tersebut.
Baca juga: 7 Peraih Anugerah Sutasoma 2024 dari Balai Bahasa Jatim
"Tentu kita tidak ingin bahasa Madura, Bahasa Jawa Dialek Using, dan Bahasa Jawa akhirnya tinggal nama, nah ini salah satu upaya kita dari Balai Bahasa bagaimana kita melestarikan bahasa daerah dengan memberikan semacam stimulan supaya anak-anak kita mau berbahasa daerah," tegasnya.
Ia berharap, kegiatan ini dapat terus berkelanjutan setiap tahun. Sehingga nantinya kesadaran pentingnya berbahasa daerah dapat semakin meningkat.
"Mudah-mudahan semakin banyak yang mendukung, semakin banyak yang sadar bahwa bahasa daerah yang kita cintai harus kita lestarikan dan kita kembangkan," pungkasnya.
Dalam kegiatan ini, juga diberikan penganugerahan terhadap para pemenang dari tujuh lomba yang ada di Festival Tunas Bahasa Ibu. Seperti diantaranya adalah lomba menulis cerita pendek, pidato, ngewer, nembang/menyanyi, celathu, menulis puisi/geguritan, dan lomba mendongeng.