jatimnow.com - Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini buka suara terkait konflik yang terjadi antara warga eks lokalisasi Dolly yang merasa tidak adil dan merasa dirampas hak ekonominya.
Wali Kota Risma pun membantah isu yang mengatakan jika UKM di Dolly adalah fiktif dan hanya dipamerkan saat ada kunjungan.
Bahkan, ia mengatakan jika UKM yang ada di Dolly seperti di Wisma Barbara sudah mendapatkan pesanan 10 ribu sandal. "Kok bisa fiktif, ya orang itu suruh bilang ke saya,” tegasnya.
Risma juga menjelaskan bahwa UKM itu pinjam uang kemarinnya, karena ada pesanan 10 ribu sandal dan mereka tidak punya modal.
Baca juga: ASN Pemprov Jatim Dilarang Pakai Mobil Dinas untuk Mudik Lebaran
“Kalau ada apa-apa mesti cerita ke Bu Wiwiek, itu real, itu nggak fiktif. Ini loh silahkan tanya Mbak Atik sendiri yang ngelola di sana. Kalau benar ngapain demo juga, kalau bohong buat apa juga. Gusti Allah tahu siapa yang bohong dan siapa yang benar," pungkasnya.
Selain itu, Risma menjelaskan penutupan Dolly itu sudah semestinya dilakukan. Sebab, daerah tersebut pemukimannya berhimpitan dan mengganggu kenyamanan warga setempat.
"Di sana kan pemukiman padat, kalau ada aktivitas seperti itu, ya tentunya mengganggu warga. Apalagi anak-anak, makanya zoning itu juga penting. Karena itu pasti akan mempengaruhi perilaku anak-anak, mungkin secara nggak sadar sebenarnya mereka sudah terpengaruhi," ujar Risma ketika ditemui di Gedung Siola, Kamis (6/9/2018).
Ia menceritakan bahwa sampai saat ini masih menyelesaikan anak-anak Dolly yang memiliki permasalahan terkait dengan psikologis, mereka akibat dampak dari tempat lokalisasi yang ada di Jarak-Dolly ini.
Baca juga: Diserahkan Mendagri, Banyuwangi Raih Peringkat Pertama Kinerja Pemkab Se-Indonesia
Menurut Risma, hal ini harus diselesaikan, karena jika tidak dampaknya akan ke adik-adiknya dan teman-temannya.
"Jadi, semua saya mohon jangan demi kita pribadi, kemudian kita menghancurkan masa depan orang lain. Ini yang saya rela pada waktu itu, saya pertaruhkan nyawa saya. Kalau saya nggak lakukan nanti dampaknya ke anak lain. Ini sudah pilihan karena dampaknya juga cukup besar ke anak-anak," tegasnya.
Risma melanjutkan, anak-anak yang bermasalah dengan psikologisnya sudah didatangkan para psikolog, namun karena sudah tergolong addict, akhirnya menggunakan obat.
"Ini nggak mudah, karena mereka sudah addict, jadi harus pakai obat dari psikiater," pungkasnya.
Baca juga: Hasil Survei PRC, Warga Lamongan Puas Kinerja Yuhronur Efendi-Abdul Rouf
Reporter: Arry Saputra
Editor: Arif Ardianto