7 Kuliner Tradisional Lengkap dengan Makna Filosofinya

Sabtu, 18 Mei 2024 13:42 WIB
Reporter :
jatimnow.com
Tumpeng (Foto: goodnewsfromindonesia.id for jatimnow.com)

jatimnow.com - Budaya Jawa Timur kaya dengan ragam kuliner tradisional. Bukan sekedar untuk disantap, aneka kuliner ini juga memiliki makna tersendiri.

Generasi muda pun perlu mengetahui makna kuliner tradisional ini, agar nilai-nilai budaya ini tidak hilang digerus zaman.

Simak aneka kuliner dan makna filosofisnya berikut ini,

Baca juga: Bazar Kuliner Kampoeng Cungking Banyuwangi Angkat Hidangan Tradisional

1. Tumpeng

Dalam setiap tasyakuran atau slametan, warga Jawa Timur selalu menghadirkan Tumpeng. Berbentuk kerucut, dengan komposisi nasi kuning, yang dilengkapi aneka lauk pauk, seperti kering tempe atau kering kentang, perkedel, telor dadar, ayam goreng, serta mentimun.

Biasanya disajikan diatas tempeh atau nampan besar, dan aneka lauknya ditata melingkar.

Ternyata, hidangan Tumpeng ini adalah singkatan dari yen metu kudu mempeng yang dalam bahasa Indonesia berarti ketika keluar harus sungguh-sungguh semangat. Ada pula yang mengartikannya dengan metu dalan kang lempeng, artinya hidup melalui jalan yang lurus.

Maknanya ialah dalam menjalani hidup ini manusia seharusnya menjalani kehidupan di jalan yang lurus, dengan semangat, yakin, fokus, dan tidak mudah berputus asa.

2. Ketupat atau Kupat

Ketupat. (Foto: goodnewsfromindonesia.id for jatimnow.com)

Momen seminggu usai Hari Raya Idul Fitri, masyarakat kerap menyebutnya Hari Raya Kupatan. Saat itulah, hidangan ini hadir di hampir setiap rumah.

Hidangan berkomposisi beras bercampur ketan ini dibungkus janur hingga menyerupai bentuk belah ketupat.

Di moment itu pula, seluruh umat muslim bersilaturahmi dan saling bermaaf-maafan. Hidangan ketupan pun menjadi pelengkap karena bermakna ngaku lepat atau mengakui kesalahan.

Ketupat juga dimaknai dengan laku papat yang artinya empat tindakan. Keempat tindakan tersebut, yaitu lebaran, luberan, leburan, serta laburan. Lebaran dimaknai sesuai kata dasarnya, lebar, yaitu usai atau telah tuntas dalam melaksanakan ibadah puasa. Luberan dari kata dasar luber atau berlimpah, yang maknanya mengingatkan untuk berbuat baik dan bersedekah agar mendapat pahala yang berlimpah.

Leburan dimaknai dengan lebur atau habis. Ketika Idul Fitri, dosa-dosa dilebur dan manusia kembali pada kesucian.

Terakhir, laburan yang berasal dari kata labur atau batu kapur. Maknanya, hati dan jiwa yang kembali putih bersih layaknya kapur.

3. Lepet

Sama halnya dengan ketupat, lepet marak ditemui saat lebaran. Jajanan tradisional yang dibungkus janur muda ini terbuat dari beras ketan, dicampur kacang, dan dimasak dalam santan.

Baca juga: Cara Memasak Ikan Kakap Merah Panggang

Kehadiran hidangan ini juga berarti elek e disimpen sing rapet. Artinya, kejelekannya disimpan yang rapat. Kejelekan merupakan aib sehingga jangan pernah diumbar, apalagi dijadikan konsumsi publik. Sebisa mungkin tutup dan simpanlah sendiri.

\

4. Iwel-Iwel

Iwel-iwel. (Foto: goodnewsfromindonesia.id for jatimnow.com)/

Iwel-iwel merupakan jajanan tradisional untuk menyambut kelahiran bayi. Jajanan ini jarang ditemukan di pasar karena memang hanya dibuat khusus untuk selamatan kelahiran. Asal usul nama iwel-iwel sendiri berasal dari potongan doa kepada orang tua liwalidayya.

Hal ini dimaksudkan dengan harapan bayi yang baru lahir lengket kepada orang tuanya. Maksud dari lengket di sini adalah berbakti kepada orang tua. Makna itu diambil dari tekstur kue yang lengket karena terbuat dari ketan dengan isian gula merah di dalamnya.

5. Klepon

Klepon merupakan jajanan pasar yang diartikan kanti lelaku pesti ono. Artinya, sebagai petunjuk hidup jika kita prihatin maka akan ada jalan keluar.

Makna ini diambil dari proses pembuatan klepon yang tidak bisa sembarangan karena dibutuhkan kemampuan mencampur takaran bahan yang pas.

Klepon melambangkan ketepatan, ketelitian, keuletan, kelembutan, dan kesabaran dalam melakukan berbagai pekerjaan. Semua itu dilakukan agar mendapatkan hasil yang baik.

Baca juga: Nikmatnya Dawet Jabung asal Ponorogo, Tapi Jangan Tarik Lepeknya

6. Lemper

Lemper. (Foto: goodnewsfromindonesia.id/)

Lemper merupakan jajanan pasar yang terbuat dari ketan dan di dalamnya terdapat isian bisa berupa daging ayam cincang, daging sapi cincang, abon, atau isian lainnya. Jajanan ini kerap ditemui di acara nikahan, khitanan, maupun pengajian.

Oleh masyarakat Jawa, lemper dimaknai dengan yen dielem atimu ojo memper. Artinya, saat dipuji orang lain, hati tidak boleh sombong atau berbangga diri. Lemper mengajarkan untuk senantiasa bersikap rendah hati karena masih banyak orang yang lebih hebat di luar sana.

7. Kolak

Kawan GNFI pasti sering menyantap kuliner satu ini saat bulan puasa. Bahan utama kolak yang berupa umbi-umbian, pisang, kacang hijau, dan kuah santan memang nikmat dibuat takjil.

Asal usul nama kolak diyakini orang Jawa berasal dari kata Khalaqa yang artinya menciptakan dan Khaliq atau Sang Pencipta.

Dinamakan demikian agar manusia senantiasa mendekatkan diri kepada Sang Pencipta. Terlebih, kolak umumnya ditemukan di bulan Ramadan. Bulan ketika seluruh umat Islam berlomba-lomba mendekatkan diri kepada Penciptanya.

Ikuti perkembangan berita terkini Jawa Timur dan sekitarya di Aplikasi jatimnow.com!

Berita Terbaru
Tretan JatimNow

Terpopuler