jatimnow.com - Sampah sudah menjadi permasalahan lingkungan yang sangat kompleks dan tidak mudah diatasi. Penyebabnya, tak hanya soal sarana dan prasarana untuk pengelolaan sampah yang belum merata di berbagai wilayah di Jawa Timur ini, namun juga kesadaran masyarakat untuk tidak membuang sampah di sembarang tempat juga masih sangat tipis.
Di sisi lain, tanpa keterlibatan masyarakat secara langsung, mustahil untuk bisa mengatasi permasalahan lingkungan yang sangat krusial ini. Namun PT Pegadaian melihat sampah justru sebagai peluang untuk meraih cuan, baik bagi masyarakat luas maupun bagi perusahaan berlambang timbangan ini.
Program Memilah Sampah Menabung Emas pun diluncurkan ke tengah masyarakat pada tahun 2018 lalu. Perlahan tapi pasti, beberapa Bank Sampah berdiri di berbagai wilayah. Di wilayah Jawa Timur sendiri, telah tersedia 17 lokasi Bank Sampah yang tersebar di berbagai kota/kabupaten, di antaranya Jember, Gresik, Kediri, Kota Batu, Pamekasan, Probolinggo, Mojokerto, Lamongan, Surabaya, Madiun, dan Sidoarjo.
Baca juga: Pegadaian Dinoyo Surabaya Catat Rekor Transaksi Tembus Rp5 Miliar Pasca-Lebaran
“Kegiatan Bank Sampah ini mengumpulkan sampah dari para anggota yang tergabung dalam komunitas Bank Sampah ini. Nah, dari kegiatan pengumpulan sampah ini, anggota bisa berinvestasi bisa pula diwujudkan dalam bentuk tabungan emas. Besarnya nilai investasi yang didapatkan tentu tergantung pada jumlah dan jenis sampah yang disetorkan pada Bank Sampah,” papar Asisten Manager Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) Pegadaian Kanwil XII Surabaya, Intan Mazidah Permatasari, Jumat (20/9/2024).
Namun poin penting dari program ini, bukan hanya bagaimana anggota masyarakat bisa berinvestasi dari kegiatan mengumpulkan sampah ini, melainkan juga pada bagaimana masyarakat memiliki kesadaran untuk menjaga kebersihan lingkungan sekaligus melakukan pemilahan sampah agar nantinya dapat didaur ulang atau dimanfaarkan oleh pihak pengelola sampah.
“Target kami zero waste, atau tak ada lagi sampah yang terbuang. Namun kami juga ingin menyampaikan pada masyarakat, bahwa melalui kegiatan memilah sampah ini, masyarakat bisa berinvestasi pada emas yang nilainya akan terus bertambah,” tuturnya.
Diakui Intan, selain kesadaran lingkungan masyarakat terkait sampah masih tergolong rendah, pengelolaan sampah oleh pihak pemerintah daerah pun masih belum sepenuhnya mampu mengatasi permasalahan yang timbul.
Seperti darurat sampah yang terjadi di Kota Batu, pada Agustus 2023 lalu. Darurat sampah terjadi karena adanya penumpukan sampah hingga melebihi kapasitas di TPA Tlekung, sehingga Dinas Lingkungan Hidup setempat menutup TPA Tlengkung, dan menyerahkan pengelolaan sampah pada wilayah setempat masing-masing.
Yang terjadi selanjutnya, adalah sampah menumpuk di depan rumah-rumah warga di hampir keseluruhan wilayah di Kota Batu, selama berhari-hari. Timbunan sampah di sekitar pemukiman warga pun semakin hari semakin menggunung tanpa ada pihak yang datang untuk mengambil dan mengelola sampah yang berceceran di pinggir jalan. Demikian seperti dilansir dari berbagai media online.
“Kejadian darurat sampah ini bukan tidak mungkin terjadi di tempat lain. Karena itu, diperlukan berbagai Bank Sampah, serta keterlibatan warga untuk turut peduli sampah, dengan cara melakukan pengumpulan dan pemilahan terhadap sampah di rumah masing-masing,” ucap Intan.
Dari sikap peduli sampah ini, PT Pegadaian memberikan bonus berupa nilai uang yang bisa didapat atau diinvestasikan berdasarkan sampah yang disetorkan pada Bank Sampah.
Baca juga: Pegadaian-LMI Berkolaborasi Dukung Pemenuhan Sarana Layanan Kesehatan
Program Masa Depan
Lingkungan yang bersih dan sehat tentu menjadi harapan semua warga masyarakat dimana pun berada. Kondisi ini tentu sulit dicapai tanpa pengelolaan sampah secara tepat.
Melalui Program Memilah Sampah Menabung Emas ini, dikatakan Intan, Bank Sampah yang tersedia dapat menjalankan fungsinya dengan baik, karena berada di bawah binaan PT Pegadaian.
“Bank Sampah yang tersebar di berbagai wilayah ini berada di bawah binaan PT Pegadaian. Jadi ada Forum Sahabat Emas Peduli Sampah Indonesia (Forsepsi), yang merupakan forum untuk menaungi Bank Sampah binaan Pegadaian,” tutur Intan.
Ditambahkan Intan, anggota Bank Sampah dapat melakukan kegiatannya dibantu oleh aplikasi Pegadaian Digital.
“Misalnya, anggota Bank Sampah akan melakukan penyetoran sampah, dia bisa memasukkan data sampah melalui aplikasi tersebut, apakah organik atau anorganik, jenisnya apa, nanti data akan diterima oleh pihak Bank Sampah, apakah Bank Sampah akan mengambil atau anggota yang akan mengirimkan itu bisa berkomunikasi melalui aplikasi tersebut,” tuturnya.
Baca juga: Pemerintah Targetkan Inklusi Keuangan Capai 90 Persen
Intan pun mengaku, pihaknya tidak hanya mengelola kegiatan mengumpulkan sampah, namun juga pada melakukan berbagai kegiatan berwawasan lingkungan lainnya, seperti bersih-bersih pantai, sungai serta penanaman pohon.
“Misalnya, kegiatan bersih - bersih pesisir di Pantai Pancer Door di Pacitan, Pantai Kutang di Lamongan, juga di Kediri dan Jember, juga ada kegiatan penanaman pohon,” tutur Intan.
Dari visi lingkungan, tujuan hingga pola pengelolaan sampah pada program ini, Intan menegaskan bahwa program Memilah Sampah Menabung Emas ini adalah program masa depan.
“Dikatakan sebagai program masa depan karena program ini berkesinambungan dan berkelanjutan dengan banyak manfaat. Pertama, dari segi ekonomi, pihak Pegadaian mendapatkan nasabah investasi melalui kegiatan pemilahan sampah. Kedua, dari segi lingkungan, juga mendapat manfaat, yaitu lingkungan lebih bersih, masyarakat makin memiliki kesadaran untuk membuat lingkungan yang lebih bersih,” paparnya.
“Dan ketiga, masyarakat juga dapat berinvestasi emas, yang nilainya akan terus bertambah,” imbuh Intan.