39,17 Persen Anak di Surabaya Menderita Refraksi Mata

Kamis, 10 Okt 2024 16:56 WIB
Reporter :
Ni'am Kurniawan
Para dokter mata Eyelink Group kampanye jaga kesehatan mata. (Foto: Eyelink for jatimnow.com)

jatimnow.com - Gangguan pengelihatan pada anak kini menjadi permasalahan yang sangat serius. Sedikitnya 39,17 persen anak di Surabaya telah menderita keluhan refraksi seperti mata minus dan silinder.

Melihat hal itu para tenaga medis dari Eyelink Group turun ke jalan untuk kampanye pentingnya menjaga kesehatan mata.

Di momen ini, Eyelink berinisiatif mengadakan tes kesehatan mata secara online melalui https://melihatlebihjelas.id/

Baca juga: RS Mata Undaan Akan Gelar Pemeriksaan Mata Khusus Rekan Media se-Jawa Timur

Mereka juga memampang poster ajakan untuk menyadarkan para orang tua menjaga kesehatan mata sang anak.

"Jarang periksa karena merasa sehat, ternyata setelah tes online masih sehat. Tapi walaupun hasilnya normal tetap perlu periksa ke dokter untuk memastikan. Nanti tesnya saya share ke cucu, biar dia bisa tes juga, soalnya sering pake gadget," tutur Ni Ketut, salah satu pengguna jalan yang melintas, Kamis (10/10/2024).

Sementara dokter spesialis mata National Eye Center (NEC) dr Diaz Alamsyah Sudiro, SpM menjelaskan, World Sight Day memang diperingati setiap Kamis kedua di bulan Oktober.

Baca juga: Eye Education Tour: Belajar Seru Tentang Mata dari Poster Kreatif & Dokter Mata

Peringatan ini menjadi momen yang sangat tepat untuk menyadarkan para orang tua untuk lebih peduli pada kesehatan mata anak.

\

"Kasus kelainan refraksi pada anak saat ini memang cukup tinggi, dan di klinik mata kami juga menjadi salah satu keluhan tertinggi selain Katarak,” tutur dr Diaz.

Dikatakannya, dari beberapa kegiatan pemeriksaan NEC di sekolah & lembaga pendidikan selama 2024, tercatat 39,17% anak di Surabaya telah menderita keluhan refraksi seperti mata minus dan silinder.

Baca juga: Waspada! Gangguan Mata Akibat Diabetes di Lamongan Intai Anak Muda

Kondisi ini bisa dikarenakan beberapa hal, dan salah satunya disebabkan oleh tingginya penggunaan gadget sejak dini.

"Pada catatan terakhir hasil pemeriksaan kita bersama sekolah, sebanyak 219 dari 559 anak-anak di Surabaya telah mengalami kelainan refraksi," tandasnya.

"Rata-rata di usia anak hingga remaja yang mana merupakan masa pertumbuhan. Ini merupakan kondisi yang sangat gawat karena jika tidak segera terdeteksi dan ditangani akan berpengaruh pada proses tumbuh kembang dan belajar,” pungkas dr Diaz.

Ikuti perkembangan berita terkini Jawa Timur dan sekitarya di Aplikasi jatimnow.com!
Berita Surabaya

Berita Terbaru
Tretan JatimNow

Terpopuler