Sentuhan Teknologi Infrared Dongkrak Produktivitas Batik Wonosalam

Kamis, 14 Agu 2025 08:34 WIB
Reporter :
Ali Masduki
Pengrajin batik Desa Sumberejo memamerkan hasil karyanya usai pelatihan. (Foto: Humas Unitomo for JatimNow.com)

jatimnow.com - Kabar gembira datang dari Wonosalam! Para pengrajin batik dan ecoprint di daerah pegunungan ini kini bisa bernapas lega berkat inovasi teknologi pengering kain berbasis infrared.

Mesin canggih ini merupakan hasil kolaborasi antara Tim PKM Universitas Dr. Soetomo (Unitomo) dan Universitas 17 Agustus 1945 (Untag) Surabaya, yang berhasil memangkas waktu pengeringan dari berhari-hari menjadi hanya 90 menit.

Program Pemberdayaan Kemitraan Masyarakat (PKM) yang didanai Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi (Ditjen Diktiristek) 2025 ini menyasar sentra kerajinan Nusantria Batik Ecoprint di Desa Sumberjo, Kecamatan Wonosalam.

Baca juga: Mahasiswa Mancanegara Belajar Batik Ecoprint di Tulungagung

Tujuannya adalah meningkatkan efisiensi produksi sekaligus menjaga kualitas karya batik dan ecoprint yang menjadi kebanggaan daerah.

Ketua Tim PKM Unitomo, Safrin Zuraidah, menjelaskan bahwa teknologi ini memberikan dampak signifikan bagi produktivitas pengrajin.

"Dengan mesin dryroom infrared ini, proses pengeringan 12 lembar kain dapat selesai hanya dalam 90 menit. Ini berarti produktivitas meningkat hingga 300 persen! Selain itu, kualitas warna kain pun lebih terjaga," ungkap dosen senior prodi teknik sipil Unitomo ini.

Tidak hanya memberikan mesin pengering, tim dosen PKM yang terdiri dari Safrin Zuraidah dan Ilya Farida (Unitomo) serta Ichlas Wahid (Untag Surabaya) juga memberikan pelatihan intensif tentang penggunaan dan perawatan alat.

Baca juga: Klarifikasi QRIS Polisi Cepek hingga Batik Ecoprint Karya Tunarungu

Mereka juga memperkenalkan inovasi pembuatan canting cap dari bahan kardus yang lebih ekonomis. Meskipun masa pakainya terbatas, canting cap ini memungkinkan pengrajin menciptakan motif unik sesuai dengan permintaan pasar yang terus berkembang.

\

Ichlas Wahid, anggota tim PKM dari Untag Surabaya, berharap dukungan ini dapat memotivasi generasi muda untuk terus berkarya.

"Kami berharap pelatihan ini dapat mendorong mereka untuk melestarikan dan mengembangkan seni batik dan ecoprint, sambil memanfaatkan teknologi untuk meningkatkan efisiensi dan kualitas produksi," ujar dosen prodi teknik mesin ini.

Kepala LPPM Unitomo, Prof. Nur Sayidah, menekankan pentingnya sinergi antara dunia akademik dan pelaku usaha lokal.

Baca juga: Batik Ecoprint Karya Tunarungu Pukau Pengunjung Lippo Mall Sidoarjo

"PKM ini adalah bukti nyata bagaimana perguruan tinggi dapat memberikan solusi konkret bagi masyarakat. Kami ingin pengrajin di Desa Sumberjo, Kecamatan Wonosalam, tidak hanya bertahan, tetapi juga berkembang dengan memadukan kearifan lokal dan teknologi modern," tuturnya.

Dengan adanya dukungan teknologi ini, diharapkan batik dan ecoprint asal Desa Sumberjo Wonosalam semakin kompetitif di pasar lokal maupun nasional, sekaligus mempertahankan identitas budaya yang menjadi kebanggaan daerah.

Inovasi ini menjadi angin segar bagi para pengrajin, membuka peluang baru untuk meningkatkan kesejahteraan dan melestarikan warisan budaya Indonesia.

Ikuti perkembangan berita terkini Jawa Timur dan sekitarya di Aplikasi jatimnow.com!
Berita Surabaya

Berita Terbaru
Tretan JatimNow

Terpopuler