jatimnow.com-Relawan yang tergabung dalam Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Sanggaria di kawasan pesisir Pantai Sanggar, Desa Jengglungharjo, Kecamatan Tanggunggunung, Kabupaten Tulungagung secara rutin melakukan aksi konservasi penyu secara mandiri. Aktivitas ini dilakukan sejak tahun 2016, tanpa bantuan dan dukungan pemerintah. Mereka mengevakuasi telur penyu di empat titik pantai dan menetaskannya di bak penampungan. sementara lalu melepasliarkan tukik-tukik itu ke pantai saat sudah usia dua bulan.
Ketua Pokdarwis Sanggaria, Lego Rianto mengatakan kegiatan ini sudah dilakukan sejak 9 tahun lalu. Secara swadaya mereka berkeliling ke sejumlah pantai yang menjadi lokasi penyu bertelur. Terdapat empat pantai di pesisir selatan Kecamatan Tanggunggunung ini yang menjadi sarang bertelur alami penyu, yakni Pantai Sanggar, Ngalur, Pathuk Gebang dan pantai Jong Pakis. Jenis penyu yang mampir bertelur biasanya jenis penyu hijau (Chelonia mydas) dan lekang (Lepidochelys olivacea).
"Aktivitas ini sudah kami jalani sejak 10 tahun terakhir, dari 2016, secara swadaya. Selain untuk melindungi telur penyu dari predator alami, juga untuk mencegah ulah jail pengunjung atau pemancing yang sengaja ingin berburu penyu," ujarnya, Senin (6/10/2025).
Baca juga: 136 Pendamping Program Kementerian Sosial di Tulungagung Dilantik PPPK
Dari hasil pengamatan sebenarnya terdapat 5 hingga 7 titik yang teridentifikasi sebagai lokasi penyu bertelur. Namun sebagian besar sudah tertimbun pasir pantai saat air pasang, sehingga jejak lokasi hilang. Dalam kondisi normal, seekor penyu mampu bertelur lebih dari 50 butir dalam sekali musim. Telur yang sudah dievakuasi ini kemudian ditetaskan di sebuah penangkaran milik relawan. Telur yang berhasil menetas akan dirawat sekitar dua bulan sebelum dilepas kembali ke laut. Dari ratusan telur yang dievakuasi biasanya 80 persen menetas.
Baca juga: Mantan Kepala Desa di Tulungagung Ditangkap KPK, Ini Kasusnya
"Evakuasi ini langkah untuk menyelamatkan telur penyu dari predator, terutama biawak yang sering memangsa, sekaligus upaya menjaga keberlangsungan populasi penyu yang sudah masuk kategori langka," tuturnya.
Aktivitas para relawan ini bukannya tanpa biaya. Operasional lapangan saat evakuasi, proses penetasan, penangkaran sementara hingga pelepasliaran membutuhkan dana tidak sedikit. Terutama untuk mobilitas mengangkut air laut setiap dua hari sekali saat masa penangkaran tukik, logistik relawan hingga penyediaan sarana penetasan dan perawatan hingga baby penyu siap dilepasliarkan ke pantai, habitat alami mereka.
Baca juga: Pemkab Tulungagung Gelar Sosialisasi Penyusunan Proposal Bisnis, Ini Tujuannya
"Mimpi kami ada fasilitas konservasi khusus di salah satu sisi Pantai Sanggar ini. Karena itu akan memudahkan proses evakuasi, perawatan dan penanganan yang lebih efisien. Tapi yang begini-begini tidak mungkin swadaya, harus ada dukungan dan kebijakan dari daerah," pungkasnya.