Cangkang Telur Ternyata Bisa Merenyahkan Keripik Ubi, Ini Caranya

Rabu, 17 Okt 2018 14:51 WIB
Reporter :
Erwin Yohanes, Farizal Tito
David Tjandra Nugraha menunjukkan hasil karyanya

jatimnow.com - Cangkang telur yang termasuk limbah pangan, selama ini masih belum banyak dimanfaatkan.

Tapi ditangan David Tjandra Nugraha, mahasiswa Fakultas Teknologi Pangan Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya (FTP UKWMS), limbah tersebut justru dapat digunakan sebagai perenyah keripik.

"Cangkang telur termasuk limbah pangan yang selama ini masih belum banyak dimanfaatkan. Bahkan 90% kandungan dari cangkang telur adalah kalsium, artinya bisa menjadi salah satu sumber kalsium terbaik,” terang David, Rabu (17/10/2018).

Baca juga: Terminal Gapura Surya Nusantara jadi Pionir Modernisasi Pelabuhan Nasional

Dengan memanfaatkan cangkang telur yang didapatkan dari toko pembuat kue, pedagang martabak maupun restoran mie, David bersama teman-temannya melakukan pengekstraksian untuk mendapatkan kandungan kalsium.

Untuk proses pengekstrasian itu, dijelaskan David, terdapat beberapa langkah. Yaitu cangkang yang didapat, langsung dibersihkan dan dijemur. Setelah dirasa cukup kering, cangkang ditumbuk hingga halus dan diekstrak dengan menggunakan larutan asam klorida.

"Kemudian, dibiarkan mengendap dan menjadi bubuk halus. Nah, bubuk hasil ekstraksi itu nanti dicampur air untuk merendam ubi sebelum digoreng,'' jelasnya.

Baca juga: Pemprov Jatim Raih 2 Penghargaan Top Inovasi Pelayanan Publik di 2024

Ia mengatakan setelah dilakukan perendaman memakai ekstrak cangkang telur, keripik ubi pun hasilnya terasa renyah.

\

''Keripik biasa tanpa dicampur kalsium hanya bertahan 2-3 hari, lalu mlempem. Kalau setelah dicampur ini, kerenyahannya bisa bertahan selama seminggu,'' imbuhnya.

Kendala yang dialami, imbuhnya, ada pada analisa terhadap kemurnian kalsium hasil ekstraksi.

Baca juga: Pelindo IDEA 2024, Dorong Inovasi untuk Efisiensi Operasional

“Karena pemanfaatan kalsium cangkang telur untuk berbagai pengolahan pangan belum pernah ditemukan sebelumnya. Butuh waktu agak lama melakukan trial and error dalam menentukan metode analisa yang sesuai,” paparnya.

David mengklaim, penelitian yang dilakukannya itu baru pertama ada di dunia pendidikan. Sehingga pada pada 2017 ia dipercaya menjadi panitia acara International Food Conference (IFC) dan mampu meraih Juara III mahasiswa berprestasi tingkat Kopertis VII Jatim.

Ikuti perkembangan berita terkini Jawa Timur dan sekitarya di Aplikasi jatimnow.com!
Berita Surabaya

Berita Terbaru
Tretan JatimNow

Terpopuler