jatimnow.com - Wisata di Tanah Sang Penjaga Tua. Itulah sekelumit kalimat sebagai ungkapan bangga dan takjub ketika menjejakkan kaki di Tanah NTT, tepatnya di Pulau Komodo yang terletak di sekitar kawasan Labuan Bajo Manggarai Barat.
Di jantung gugusan Kepulauan Nusa Tenggara Timur itu, Pulau Komodo berdiri sebagai ruang di mana waktu seolah berjalan lebih lambat. Alam, manusia, dan makhluk purba hidup berdampingan dalam ritme yang saling menghormati.
Begitu kapal berlabuh, pengunjung disambut oleh udara asin laut, langkah di jalan berdebu, dan tawa anak-anak desa yang bermain di tepi pantai. Di kejauhan, sosok komodo berbaring malas di bawah naungan pohon, tenang, namun memancarkan wibawa dari ribuan tahun evolusi.
Baca juga: Dicari Pemimpin Kebun Binatang Surabaya, Apecsi: Stop Direktur "Odong-Odong"!
Hewan langka ini adalah satu-satunya spesies kadal raksasa yang masih hidup di dunia, dengan populasi sekitar 3.000 ekor di habitat liar, menurut data Balai Taman Nasional Komodo dan UNESCO World Heritage Centre. Keberadaannya bukan hanya simbol kebanggaan nasional, tetapi juga cermin keseimbangan rapuh antara manusia dan alam.
Melangkah ke pedalaman, kita menemukan kehidupan sederhana masyarakat Desa Komodo. Rumah-rumah panggung berdiri berjejer di antara pepohonan, sementara anak-anak berjalan pulang sekolah dengan buku di tangan.
Tidak ada pagar tinggi yang memisahkan manusia dari alam liar. Hanya rasa saling percaya dan kearifan lokal yang diwariskan turun-temurun. Bagi warga setempat, komodo bukan ancaman, melainkan “tetangga” yang dihormati. Filosofi ini tercermin dari papan kayu yang bertuliskan “Jaga sikap karena Komodo adalah sahabat.”
Pesan itu sederhana, tetapi mengandung nilai ekologis yang dalam: bahwa keberlanjutan dimulai dari sikap saling menghargai, bukan dominasi.
Harmoni di Pulau Komodo adalah potret kecil dari harapan besar dunia, bagaimana manusia bisa hidup berdampingan dengan alam tanpa saling menaklukkan.
Pemerintah dan lembaga konservasi terus berupaya menjaga keseimbangan antara pariwisata dan pelestarian, termasuk dengan membatasi jumlah pengunjung dan memperkuat peran masyarakat lokal dalam ekowisata berkelanjutan.
Di pulau ini, setiap langkah wisatawan bukan hanya jejak kaki di pasir, tetapi juga janji untuk menjaga keindahan dan kedamaian yang telah bertahan sejak masa purba. Wisata Pulau Komodo mengingatkan kita bahwa harmoni bukan utopia, melainkan pilihan yang bisa dijalani, satu langkah kecil setiap hari.
Inilah Foto-foto Harmoni Pulau Komodo:
Baca juga: Melihat Evakuasi Telur Penyu di Tulungagung, Ini Harapan Para Relawan
Baca juga: Pertamina Jaga Keanekaragaman Hayati di Eco Tourism Village