Pixel Code jatimnow.com

DIABETKOL UNAIR: Inovasi Herbal Manggis-Kumis Kucing Atasi Diabetes & Kolesterol

Wiyata 5 jam yang lalu
Prof. Sukardiman, memperkenalkan DIABETKOL, produk herbal inovatif yang dikembangkan dari ekstrak kulit manggis dan daun kumis kucing. (Foto: Fakultas Farmasi UNAIR for jatimnow.com)
Prof. Sukardiman, memperkenalkan DIABETKOL, produk herbal inovatif yang dikembangkan dari ekstrak kulit manggis dan daun kumis kucing. (Foto: Fakultas Farmasi UNAIR for jatimnow.com)

jatimnow.com - Universitas Airlangga (UNAIR) terus membuktikan komitmennya dalam menghasilkan riset yang berdampak langsung bagi masyarakat. Kali ini, Fakultas Farmasi UNAIR memperkenalkan DIABETKOL, produk herbal inovatif yang dikembangkan dari ekstrak kulit manggis dan daun kumis kucing, yang berkhasiat untuk mengatasi diabetes dan kolesterol.

Inovasi ini adalah hasil riset panjang yang dimulai sejak tahun 2010 oleh Prof. Dr. apt. Sukardiman, MS., seorang guru besar di bidang Farmakognosi dan Fitokimia Fakultas Farmasi UNAIR.

"DIABETKOL ini akronim dari diabetes dan kolesterol. Nama ini sekaligus menunjukkan khasiatnya, yaitu membantu menurunkan kadar glukosa darah dan kolesterol," jelas Prof. Sukardiman saat ditemui di ruang kerjanya, Gedung Nanizar, Kampus C UNAIR.

Prof. Sukardiman menjelaskan bahwa DIABETKOL memanfaatkan sinergi antara dua bahan alami unggulan. Ekstrak kulit manggis (Garcinia mangostana) mengandung senyawa aktif alfa-mangostin, sementara ekstrak daun kumis kucing (Orthosiphon stamineus) kaya akan sinenstin. Kombinasi kedua senyawa ini telah terbukti efektif menurunkan kadar kolesterol dan gula darah secara optimal.

"Awalnya, saya merenungkan berbagai tanaman obat tradisional Indonesia. Setelah melalui proses screening yang panjang, akhirnya saya mendapat ilham untuk mengkombinasikan kulit manggis dan kumis kucing," ungkap Prof. Sukardiman. DIABETKOL telah melalui uji preklinik dan uji klinis fase 1, menunjukkan hasil yang menjanjikan.

Pengembangan DIABETKOL didasari oleh data empiris dan riset mendalam. Prof. Sukardiman melakukan screening terhadap berbagai tanaman obat tradisional Indonesia, termasuk sambiloto dan pare. Hasilnya, ekstrak kulit manggis dan kumis kucing muncul sebagai kandidat terbaik.

"Kami tidak hanya memilih bahan, tetapi juga mencari dosage form terbaik. Kami membandingkan aktivitas seduhan tradisional dengan ekstrak tanaman. Ternyata, ekstrak menunjukkan khasiat yang lebih unggul," papar Prof. Sukardiman. Proses ini memakan waktu cukup lama, dimulai sejak tahun 2008.

Riset DIABETKOL juga melibatkan kolaborasi dengan berbagai pihak, termasuk Institut Teknologi Bandung (ITB) dan mahasiswa dari berbagai jenjang pendidikan di UNAIR. Dukungan pendanaan dari program Konsorsium Riset Unggulan Perguruan Tinggi (KRUPT) juga sangat membantu memperluas jangkauan riset.

DIABETKOL telah mengantongi sertifikat paten untuk formulasinya, serta pengakuan HKI untuk merek dagangnya. Produk ini juga telah mendapatkan Nomor Izin Edar (NIE) dari BPOM dan sertifikat Halal dari BPJPH.

Dalam proses produksinya, UNAIR menggandeng PT Agaricus Sido Makmur Sentosa, industri obat herbal yang telah tersertifikasi CPOTB dan ISO. Distribusi DIABETKOL dilakukan oleh PT Darma Putra Airlangga.

Prof. Sukardiman mengakui bahwa ada beberapa tantangan dalam produksi DIABETKOL. "Bahan baku, terutama kulit manggis dan daun kumis kucing, tidak mudah didapatkan dalam jumlah banyak. Selain itu, kami juga harus memastikan bahwa ekstrak yang digunakan telah memenuhi standar," ujarnya.

Teknologi spray dry yang digunakan untuk menghasilkan formula mikropartikel juga berdampak pada harga jual produk.

Meskipun demikian, Prof. Sukardiman menegaskan bahwa riset kulit manggis dan daun kumis kucing akan terus berlanjut, tidak hanya terbatas pada DIABETKOL.

"Kami akan terus mengembangkan studi tentang sindrom metabolik lainnya. Tentunya, dengan dukungan penuh dari UNAIR, kami berharap dapat menghasilkan lebih banyak lagi produk herbal inovatif," pungkasnya.